Mahasiswi UI Meninggal Jelang Wisuda, Psikolog Sebut Berbagai Cara untuk Mencegah Bunuh Diri
Mahasiswi UI Meninggal Jelang Wisuda, Psikolog Sebut Berbagai Cara untuk Mencegah Bunuh Diri
TEMPO.CO, Depok – Psikolog anak dan keluarga Maharani Ardi Putri menanggapi kasus mahasiswi UI yang meninggal bunuh diri beberapa hari menjelang wisuda. Menurut perempuan yang biasa disapa Putri Langka itu, pada dasarnya tidak ada panduan pasti tentang tanda-tanda seseorang akan bunuh diri.
Namun, orang terdekat korban perlu waspada apabila melihat perubahan perilaku yang signifikan pada diri korban. Apalagi bila perubahan perilaku korban berlangsung dalam jangka waktu lama.
“Hal yang perlu diwaspadai lagi adalah bila kita tahu orang terdekat kita pernah beberapa kali melakukan self harm. Oleh karena seringkali usaha bunuh diri didahului dengan mencoba-coba berbagai cara yg melukai dirinya sendiri,” kata Putri Langka, Sabtu, 11 Maret 2023.
Psikolog itu menerangkan, orang yang memiliki pemikiran bunuh diri atau melakukan self harm umumnya akan mengubah pola perilakunya menjadi tidak sehat. Korban menarik diri dari lingkungan sosial, mulai tidak berminat terhadap banyak hal, menurun secara signifikan performanya di sekolah, kantor dan sebagainya.
“Maka kita bisa melakukan beberapa hal, di antaranya bisa proaktif dalam membuka pembicaraan atau pembahasan tanpa harus memaksa atau menyudutkan atau menyalahkan dirinya,” papar Putri.
Menurutnya, untuk mencegah korban melakukan tindakan itu, orang terdekat bisa menjadi pendengar yang baik dengan menahan semua komentar dan meletakkan ia sebagai fokus supaya benar-benar mengetahui sumber masalahnya.
Putri mengatakan, kita terlebih dahulu menerima semua cerita dan perasaannya apa adanya, seperti tidak perlu dibantah apalagi mengecilkan permasalahannya. Bagi orang yang sedang berpikir bunuh diri, kata Putri, ia merasakan masalahnya sangat besar dan perasaan negatifnya sangat nyata.
“Menyangkal perasaannya hanya akan membuat ia merasa tidak dipahami,” kata Kepala Biro Humas dan Ventura Universitas Pancasila ini.
Selain itu, kata Putri, kita bisa menawarkan bantuan karena sering kali mereka kesulitan untuk meminta bantuan. Kemudian, bisa juga mendorong untuk melakukan konseling baik pada konselor/ psikolog atau berobat ke psikiater, karena biasanya ketiga tenaga kesehatan ini akan saling terkait.
“Beberapa orang membutuhkan bantuan obat untuk meredakan kecemasannya baru kemudian melakukan konseling,” jelas Putri.
Putri juga meminta untuk memulai bekerja sama dengan orang-orang terdekat teman kita yang sedang didera masalah atau mengami perubahan sikap, baik untuk saling menjaga dan update perkembangan dirinya.
“Apabila memungkinkan singkirkan benda-benda yang berbahaya dan simpan nomor-nomor darurat di tempat yang mudah diakses/ simpan dalam HP, seperti RS, ambulans, polisi dan lainnya. Juga tumbuhkan perasaan berharga dan keyakinan terhadap dirinya sendiri bahwa ia akan bisa mengatasi masalah yang sedang dihadapi,” ucap psikolog anak dan keluarga itu.
Meninggalnya MPD mahasiswi program studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) angkatan 2019 membawa duka mendalam keluarga dan kerabatnya.
Salah satunya datang dari Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HMIK) UI melalui akun instagram @hmikui. “Segenap keluarga besar HMIK UI turut berduka cita atas berpulangnya teman dan kakak kami, MPD, lulusan program sarjana Ilmu Komunikasi Kelas Khusus Internasional. Kami berdoa agar beliau dapat beristirahat dengan tenang di tempat terbaik di sisi-Nya serta keluarga dan kerabat yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menjalani kehilangan ini,” kata Aiko narahubung Departemen Sosial Masyarakat HMIK UI 2023 di akun tersebut.
Padahal MPD adalah mahasiswi UI yang seharusnya diwisuda pada Sabtu 11 Maret 2023 sebagai wisudawati Prodi Sarjana Ilmu Komunikasi Kelas Khusus Internasional (KKI).