Soal Minyak Goreng Langka, Alfamart: Bagaimana Mau Menimbun? Stok Saja Tak Cukup
Dalam beberapa waktu terakhir kelanggaan minyak goreng semakin menjadi setelah pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi atau HET minyak goreng curah Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter.
Sejak saat itu, kelangkaan minyak goreng makin meluas, hingga munculnya kabar penimbunan minyak goreng.
Terkait hal tersebut, GM Coorporate Communication Alfamart Nurahman mengungkapkan saat ini stok minyak goreng yang ada di gudang sangatlah terbatas, lantaran pesanan purchase order (PO) belum terpenuhi oleh distributor.
“Sekarang barangnya aaja terbatas, apa yang mau ditimbun? Stok kita masih terbatas gitu, maksudnya enggak sesuai dengan kebutuhan yang kita perlukan,” kata Nurahman kepada Kompas.com, Sabtu (19/2/2022).
Belum ada pengiriman dari distributor
Nurahman mengungkapkan, saat ini pihaknya masih bergantung pada pasokan barang dari distributor untuk mencukupi permintaan masyarakat.
Terlebih, pihak distributor belum mengirimpan PO minyak goreng hingga saat ini.
“Perus retail atau perus eceran pasokan barang tergantung distributor atau pemasok, jadi PO kita yang kita kirim ke distributor ini belum dipenuhi, dan gudang kita ‘kosong’ ya kita harus nunggu dari distributor,” jelas dia.
“Kami jagain tiap shift agar masing-masing waktu ada barangnya…”
Namun demikian, di tengah stok yang menipis pihaknya juga melakukan strategi agar pelanggan dapat tetap memperoleh minyak goreng.
Dia mengatakan, setiap gerai membagi waktu (pagi, siang, atau malam) untuk mengisi rak minyak goreng.
Namun, karena jumlah yang terbatas pengisian minyak goreng di rak-rak gerai juga tidak optimal, dan selalu ludes dibeli konsumen.
“Kita juga harus jagain konsumen yang datang pagi, siang atau malam, jadi orang di toko itu mengatur shift–shif-an, agar masing-masing waktu masih ada barangnya,” jelas dia.
Warga jangan mudah termakan hoaks
Nurahman menegaskan, apa yang dilakukan pihaknya dengan menjaga persediaan di gerai bukanlah dalam arti kata menimbun.
Ia juga berharap masyarakat tidak mudah termakan kabar-kabar hoaks yang beredar.
“Jadi kalau barang itu masih di gudang, dan belum kita pindahkan ke rak, bukan berarti menimbun. Jangan sampai bahasanya dipelintir, dan masyarakat jangan ikut kebawa arus itu,” tegas dia.