Persoalan Minyak Goreng-Tempe Picu Inflasi, BI Akan Percepat Naikkan Suku Bunga?
Kenaikan harga sejumlah bahan pangan seperti minyak goreng hingga tahu dan tempe dinilai akan memicu kenaikan inflasi. Di tahun ini, Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi hanya berkisar 2-4 persen.
Adapun kenaikan inflasi menjadi salah satu acuan bank sentral untuk turut menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kenaikan inflasi diperkirakan baru akan terjadi di kuartal III tahun ini. Namun, dengan meningkatnya harga sejumlah komoditas pangan, apakah BI akan mempercepat kenaikan suku bunga?
“Kita perkirakan belum ada tanda-tanda risiko fundamental melebihi sasaran 2-4 persen di jangka pendek ini,” kata Perry dalam FGD dengan pimpinan redaksi media massa, Rabu (23/2).
Lagi pula, kata Perry, acuan inflasi yang digunakan BI adalah inflasi inti, yang mencerminkan daya beli masyarakat. Sehingga, meskipun nantinya inflasi pangan atau volatile food meningkat, namun jika inflasi inti masih rendah, BI masih akan tetap mempertahankan suku bunga acuan 3,5 persen seperti saat ini.
“Memang ada supply shock kenaikan harga energi, penyesuaian harga, tapi kenapa inflasi inti IHK dan ekspektasi IHK tidak terlalu besar? Karena kalau dilihat permintaan ini dalam ekonomi kita masih rendah dari kemampuan produksi secara nasional,” jelasnya.
“Beberapa kenaikan harga tempe, CPO, itu tidak transmisikan atau tidak berdampak pada inflasi inti dan kemungkinan fundamental tadi,” tegas Perry.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi selama Januari 2022 sebesar 0,56 persen (mtm) dan 2,18 persen (yoy). Sementara inlasi inti hanya 0,27 persen (mtm) dan 1,84 persen (yoy). Inflasi inti secara tahunan ini masih lebih rendah dibandingkan inflasi bergejolak atau volatile food sebesar 3,35 persen (yoy) di Januari 2022.
