Penguatan Rupiah Jadi Angin Segar Sebelum The Fed Kembali Menaikkan Suku Bunga
Jakarta: Nilai tukar rupiahs terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan. Hal ini dianggap sebagai angin segar sebelum Bank Sentral AS The Fed kembali menaikkan suku bunga kebijakannya, yang diperkirakan diputuskan pada pekan depan.
“Dolar melemah terhadap mata uang lainnya. Namun itu hanya ‘jebakan’ sebelum mengalami penguatan karena imbal hasil Treasury AS naik di atas ekspektasi lantaran The Fed akan semakin memperketat kebijakan moneternya,” ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya, Senin, 4 April 2022.
Ibrahim menambahkan bahwa laporan pekerjaan AS lebih kuat dari yang diharapkan, dengan non-farm payrolls naik 431 ribu dan tingkat pengangguran berada di 3,6 persen pada Maret 2022.
Data lebih lanjut juga menunjukkan indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) Institute of Supply Management untuk Maret 2022 adalah 57,1. Sementara itu, PMI manufaktur adalah berada di posisi 58,8.
“Data tersebut mendukung ekspektasi Federal Reserve akan memperketat kebijakan moneter lebih lanjut, dengan Fed Fund Futures memperkirakan peluang dari kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Mei 2022. Sementara, imbal hasil dua tahun mencapai level tertinggi dalam tiga tahun terakhir sebesar 2,49 persen,” jelasnya.
Dari dalam negeri, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2022 berada di kisaran lima persen. Hal ini karena sejumlah sektor mencatatkan kinerja positif atau pulih dari dampak pandemi covid-19.
Menurutnya, ada beberapa hal yang mendasari pemulihan tersebut. Pertama, karakter Omicron yang berbeda dengan kasus-kasus terdahulu, bahkan jauh lebih berbeda dari varian Delta yang sempat memukul telak perekonomian domestik pada kuartal ketiga 2021.
Kedua, ada akselerasi vaksinasi. Jumlah masyarakat yang tervaksinasi sudah lebih banyak daripada periode lalu. Bahkan, saat ini sudah ada vaksinasi untuk anak-anak dan vaksinasi dosis ketiga (booster).
Ketiga, mobilitas masyarakat masih baik karena belum ada pembatasan ketat seperti yang dilakukan oleh pemerintah pada kuartal pertama tahun lalu. Sehingga dengan mobilitas yang baik, roda perekonomian masih berputar.
“Pemulihan daya beli menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi awal tahun. Penjualan semen dan kendaraan niaga, impor barang modal, konsumsi listrik, serta penjualan barang ritel yang meningkat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini,” papar Ibrahim.
Adapun mengutip data Bloomberg pada perdagangan awal pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap USD menguat ke level Rp14.355 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebanyak 15 poin atau setara 0,10 persen dari posisi Rp14.370 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Data Yahoo Finance juga menunjukkan bahwa rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp14.353 per USD. Rupiah menguat tujuh poin atau setara 0,05 persen dari Rp14.360 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan di level Rp14.362 per USD atau naik tipis dua poin dari nilai tukar rupiah pada perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14.364 per USD.
“Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.340 per USD hingga Rp14.380 per USD,” tutup Ibrahim.