PBB: Wabah Corona Pangkas Investasi Global Hingga 15 Persen
NAGALIGA — Ekonom Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memprediksi penurunan investasi langsung luar negeri atau foreign direct investment (FDI) hingga 15 persen secara global akibat wabah Virus Corona.
Konferensi PBB tentang Perdagangan, Investasi dan Pembangunan (UNCTAD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat antara 0,5 dan 1,5 persen tahun ini, tergantung pada durasi wabah virus itu.
“Hal itu memberi tekanan pada FDI 5 hingga 15 persen,” kata laporan itu, dikutip dari AFP, Senin (9/3).
Sementara, proyeksi UNCTAD pada Januari menyebut arus FDI secara global tahun ini dan tahun selanjutnya akan stabil, dengan potensi peningkatan hingga lima persen.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga dari 100 perusahaan multinasional top dunia telah mengeluarkan pernyataan tentang dampak wabah terhadap bisnis mereka, dan berdampak pada pelambatan pengeluaran modal di daerah yang terkena dampak virus.
Sebanyak 41 perusahaan tersebut, kata UNCTAD, juga telah mengeluarkan peringatan soal masalah laba. Artinya, menurut UNCTAD, penghasilan yang diinvestasikan, yang merupakan komponen utama dari FDI, akan lebih rendah.
Laporan itu juga mencatat bahwa rata-rata 5.000 perusahaan multinasional teratas telah memperkirakan penurunan pendapatan mereka hingga 9 persen pada 2020 karena wabah Corona. Industri otomotif dan maskapai penerbangan disebut jadi yang paling terpukul.
UNCTAD menekankan bahwa dampak wabah ini akan “tidak merata”, dengan dampak terbesar dirasakan di negara-negara yang paling parah terkena wabah tersebut.
Meski begitu, badan PBB ini memperingatkan bahwa, “Goncangan [akibat] permintaan yang negatif dan dampak ekonomi pada gangguan rantai pasokan akan mempengaruhi prospek investasi di negara lain.”
UNCTAD juga menyebut China, yang terpukul paling parah oleh wabah ini, merasakan “goncangan permintaan” yang paling serius. Misalnya, penurunan penjualan ke Toyota, yang melaporkan penurunan penjualan Toyota di negara itu hingga 70 persen pada Februari.
Laporan itu menekankan bahwa kondisi di China, yang merupakan pusat manufaktur utama bagi banyak bisnis global, berefek bagi dunia.
“Dampak ekonomi dari gangguan rantai pasokan akan mempengaruhi prospek investasi di negara lain,” katanya.
SUMBER: