Kinerja Pulih, Simak Rekomendasi Untuk Saham Sektor Multifinance
JAKARTA. Beberapa emiten multifinance yang telah rilis laporan keuangan mencatatkan kinerja positif di tahun 2021. Hal tersebut dapat membuka peluang bagi investor untuk kembali mengoleksi saham-saham sektor multifinance di tahun 2022.
Tercatat, dari 16 perusahaan multifinance yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), ada 10 perusahaan yang harga sahamnya naik jika dilihat secara year to date (ytd) hingga Rabu (23/2). Emiten tersebut, antara lain PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN), Danasupra Erapacific Tbk (DEFI), PT Fuji Finance Indonesia Tbk (FUJI), PT BFI Finance Tbk (BFIN), PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF), PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS), PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN), PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN), PT Buana Finance Tbk (BBLD) dan PT Trust Finance Indonesia Tbk (TRUS).
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengatakan, prospek multifinance di tahun ini akan lebih baik. Karena, kinerja beberapa emiten multifinance sudah mengalami pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, pada kuartal I-2022, industri multifinance akan sedikit tertekan dalam jangka waktu pendek. Mengingat, ada peningkatan level PPKM di beberapa wilayah akibat meningkatnya varian Omicron.
“Akan ada beberapa klien yang menunda untuk membeli kendaraan bermotor terutama yang menjadi core untuk multifinance ini,” ujar Wawan.
Hanya saja, hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk investor mulai mengoleksi saham-saham ini. Namun, perlu diingat bahwa saham multifinance akan lebih baik untuk disimpan dalam jangka waktu menengah maupun panjang mengingat pemulihan ekonomi belum akan kembali normal seperti pra pandemi pada tahun ini.
“Justru nanti ada koreksi, ini bisa menjadi entry point yang baik. Tapi syaratnya time frame-nya dua sampai tiga tahun” imbuh Wawan.
Selain itu, Wawan bilang, industri multifinance juga diuntungkan dengan kondisi dimana harga komoditas yang sedang tinggi. Akibatnya, permintaan semacam alat berat juga akan semakin meningkat kepada perusahaan multifinance.
Dalam memilih saham multifinance mana yang layak dikoleksi, Wawan menjelaskan bahwa ada beberapa yang harus dicermati yaitu profitabilitas perusahaan dan pertumbuhan dari penjualan yang dimiliki.
“Jika dua hal tersebut dialami setidaknya di kuartal III dan IV tahun lalu, pasti itu akan berlanjut hingga tahun ini,” jelas Wawan.
Adapun, salah satu emiten multifinance yang direkomendasikan oleh Wawan ialah ADMF. Alasannya, dari sisi fundamental, kinerja ADMF cukup baik. Meskipun, anak usaha dari Bank Danamon ini bukan termasuk saham yang likuid dan tidak masuk LQ45.
Sependapat, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Aziz pun juga merekomendasikan saham ADMF. Bukan tanpa alasan, ADMF ini dinilai memiliki rasio dividen yang stabil dan masuk dalam IDX High Dividend.
“Secara historical DPR berada di 50% dan ada potensi untuk dividen yield 7%,” ujarnya.
Adapun, Abdul bilang bahwa saat ini rasio dividen menjadi salah satu hal yang layak dicermati. Mengingat, saat ini sudah mendekati bulan dividen sehingga saham yang memiliki rasio dividen yang tinggi dan stabil sangat menarik.
Berbeda dengan saham multifinance yang sudah mulai layak dikoleksi saat ini, saham-saham emiten asuransi justru masih belum direkomendasikan bagi investor untuk menyimpannya.
Wawan berpendapat bahwa mayoritas saham-saham asuransi ini tidak likuid ditambah dengan kinerja yang memuaskan. Memang, ia mengakui bahwa penjualan asuransi di masa pandemi cenderung naik, namun hal tersebut juga diikuti dengan beban yang juga meningkat sehingga net income tetap turun.
“Sektor keuangan lain masih lebih menarik,” ujar Wawan.
Tak berbeda, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta sependapat bahwa secara umum emiten asuransi ini tidak likuid. Sementara itu, nilai kapitalisasinya pun tidak besar seperti yang ada di sektor perbankan.
Adapun, Nafan merekomendasikan wait and see jika investor ingin masuk ke saham sektor asuransi. Terlebih, peran industri asuransi di tanah air masih rendah terhadap perekonomian nasional.