Kekhawatiran Pasokan Mereda, Harga Minyak Turun ke US$ 102,8 per Barel
Harga minyak turun pada perdagangan Asia pada hari ini, Jumat (22/7) sore. Hal tersebut disebabkan oleh menipisnya pasokan dan ketegangan geopolitik, meskipun permintaan di Amerika Serikat (AS) membebani pasar sepanjang pekan ini.
Minyak mentah Brent turun US$ 1,02 menjadi US$ 102,84 per barel, sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,08 sen menjadi $ 95,27 per barel. WTI telah terpukul selama dua sesi terakhir akibat turunnya permintaan bensin di AS hampir 8%. Para pengemudi terpukul oleh tingginya harga bahan bakar di SPBU.
Ekonomi global tampaknya semakin menuju ke perlambatan yang serius. Sementara bank sentral secara agresif membalikkan kebijakan moneter ultra-longgar yang diadopsi selama pandemi untuk mendukung pertumbuhan dengan kembali menaikkan suku bunga.
“Segalanya masih negatif di bidang ekonomi, tetapi kita masih dalam kondisi pasar yang ketat,” kata Stephen Innes, pengelola partner di SPI Asset Management.
Innes mengatakan investor menantikan keputusan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) pada suku bunga. Pejabat Fed telah mengindikasikan bahwa bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli.
“Sementara 75 bps ada di atas meja, ini akan menjadi panduan penting dan setiap penurunan dalam prospek kenaikan suku bunga akan bagus untuk pertumbuhan global,” tambah Innes.
Sementara itu kekhawatiran pasokan sedikit mereda setelah Libya melanjutkan produksi di beberapa ladang minyak awal pekan ini. “Produksi Libya pulih, tetapi dengan bentrokan di ibukota, tidak ada yang tahu berapa lama pemulihan produksi akan berlangsung,” kata Giovanni Staunovo, analis di UBS.
Saat ini terjadi bentrok antara faksi-faksi yang bersaing di Libya. Kondisi ini menciptakan kekhawatiran bahwa kebuntuan politik dapat memicu konflik baru yang akan berdampak pada produksi minyak Libya. Staunovo juga pasar akan melihat perkiraan awal produksi OPEC untuk panduan minggu depan.
“Meskipun harga minyak turun, prospek pasokan tetap bermasalah. Kekurangan pasokan yang dipicu konflik Rusia dan Ukraina akan membuat harga minyak tetap kuat,” kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.
Sebaliknya, tanda-tanda permintaan yang kuat di Asia menopang Brent, menempatkannya di jalur kenaikan mingguan pertama dalam enam minggu terakhir.Joe Biden Bujuk Arab Saudi agar Kerek Produksi, Jinakkan Harga Minyak
Permintaan bensin dan bahan bakar sulingan di India naik ke rekor tertinggi pada Juni lalu. Meskipun harga yang ditawarkan lebih tinggi, total konsumsi produk olahan meningkat 18% lebih dari tahun lalu. Kilang-kilang di India beroperasi pada kapasitas penuhnya.
“Ini menandakan lebih dari sekadar pemulihan yang kuat dari tahun-tahun yang dilanda pandemi Covid-19,” kata analis RBC Michael Tran dalam sebuah catatan. Simak perkembangan harga minyak pada databoks berikut: