Corona, Pekerja RS di Hong Kong Tuntut Tutup Perbatasan China
NAGALIGA — Ribuan pekerja medis Hong Kong menyuarakan untuk melakukan aksi menuntut pemerintah daerah administratif khusus tersebut menutup perbatasan dengan China daratan terkait wabah virus corona.
Lebih dari 3.000 pegawai rumah sakit publik-termasuk dokter dan suster-menyetujui melakukan aksi jika pemerintah Hong Kong tak memenuhi tuntutan mereka.
“Jika kita tidak membatasi dari sumbernya [virus], sumber daya pencegahan epidemi dan tenaga manusia tidak akan pernah cukup,” kata Ketua Aliansi Pegawai Otoritas Rumah Sakit (HAEA), Winnie Yu, Sabtu (1/2) seperti dilansir AFP.
“Kami tidak ingin mogok, tetapi jika pemerintah telah mengabaikan tuntutan pekerja medis garis depan. Kami tidak punya pilihan,” tambahnya.
Perwakilan dari HAEA akan menyerahkan tuntutan tersebut ke pemerintah kota pada Minggu (2/2). Yu mengatakan aliansi yang baru saja terbentuk itu mengatakan jika tuntutan tak dipenuhi, sebanyak 9.000 pekerja medis dengan posisi non-esesnsial, atau 30 persen dari anggota aliansi akan melakukan aksi gelombang pertama pada Senin (3/2). Selanjutnya, jika setelah empat hari tak juga dipenuhi, seluruh anggota aliansi akan melakukan aksi.
Sementara itu, dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Direktur Otoritas Rumah Sakit di Hong Kong, Henry Fan berharap tak ada aksi mogok karena pemerintah sudah membuat rencana darurat.
“Ini tidak pantas,” kata Fan menyikapi ancaman pemogokan. “Hak-hak pasien yang tidak bersalah akan terpengaruh. Ini akan tidak adil bagi rekan kerja yang masih mengerjakan tugas mereka.”
Pemerintah Hong Kong telah menolak tekanan publik untuk sepenuhnya menutup perbatasannya. Mereka hanya baru menutup beberapa penyeberangan yang faktanya memang jarang digunakan.
Wabah virus corona yang diketahui berawal dari Wuhan, Provinsi Hubei, China itu telah menewaskan setidaknya 259 orang di negara itu per Sabtu (1/2). Sementara itu di Hong Kong, sudah ada 14 yang positif terinfeksi virus corona, dan 112 pasien suspect yang masih diisolasi.