XL Minta Frekuensi 3,5 GHz Dipakai untuk 5G Komersil
XL Axiata mendorong Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk menambah frekuensi yang dialokasikan untuk jaringan generasi ke 5 atau 5G. Sebab, XL Axiata belum mendapatkan alokasi frekuensi 5G dari pemerintah.
Secara teknis, XL Axiata sudah mendapatkan restu dari Kominfo untuk menggelar 5G melalui Surat Keterangan Laik Operasi (SKLO) jaringan telekomunikasi 5G, yang diterbitkan akhir tahun lalu.
Namun demikian, operator warna biru itu belum juga mengkomersilkan layanan 5G, karena belum mendapatkan tambahan spektrum untuk menggelar layanan 5G.
“Kita meminta pemerintah untuk segera memberikan kita spektrum yang diperlukan untuk 5G, sehingga antara suplai dan demand akan bisa lebih cepat,” kata Direktur & Chief Technology Officer XL Axiata, I Gede Darmayusa dalam Outlook Network XL Axiata 2022 yang digelar secara virtual, Kamis (24/2/2022).
Sejauh ini, XL Axiata menggunakan frekuensi eksisting, yaitu 1.800 MHz untuk menggelar uji coba 5G. Namun spektrum pada frekuensi tersebut dinilai kurang optimal untuk menggelar 5G secara komersil.
Frekuensi tersebut dikatakan Gede hanya dapat menunjang kebutuhan edukasi atau uji coba.
“Dengan spektrum yang kita punya, experience 5G pasti belum maksimal. Logo 5G pasti dapat, tapi tidak bisa dapat pengalaman seperti kalau punya spektrum tambahan di 3,5 GHz. Untuk edukasi, untuk trial itu (spektrum eksisting) sudah cukup,” ujarnya.
Bidik frekuensi 3,5 GHz
XL Axiata menyebut frekuensi 3,5 GHz sebagai frekuensi ideal untuk menggelar 5G secara komersil. Namun frekuensi tersebut masih digunakan untuk satelit, di antaranya satelit milik BRI (BRIsat).
Meski demikian, Gede menyebutkan perusahaannya sudah melakukan uji coba 5G menggunakan frekuensi tersebut, bekerja sama dengan BRI hingga provider satelit.
Hal ini ditempuh untuk mengetahui kemungkinan frekuensi 3,5 GHz dibagi pemanfaatannya untuk satelit dan 5G, dan memastikan percepatan penerapan 5G secara bertahap.
“Kita benar-benar ingin punya spektrum baru. Kita uji coba karena spektrum yang ideal 3,5 GHz dipakai satelit. Kita uji coba di Mandalika, di Telkom University dan BRIsat, bagaimana dampaknya jika nanti 3,5 GHz dibagi untuk mobile 5G dan melayani satelit,” katanya.
Meski melakukan uji coba bersama, keputusan frekuensi 3,5 GHz untuk 5G dan satelit berada di bawah kendali pemerintah. XL Axiata juga menyerahkan hal ini kepada Kominfo, termasuk soal kompensasi penggunaan frekuensi bersama.
“Ini penting untuk memastikan bahwa saat kita melakukan deployment 5G lebih cepat tanpa menunggu secara nasional siap. Tapi balik lagi ke pemerintah, bagaimana kita bisa kerja sama dengan pemain satelit untuk menentukan kompensasi,” imbuh Gede.
5G di Jakarta, Bandung, dan Bali
Di tahun 2022, XL Axiata mencanangkan tiga kota untuk menggelar experience jaringan 5G, yaitu Jakarta, Bandung, dan Bali. Ketiga kota ini dipilih karena dinilai sudah memiliki jumlah perangkat 5G yang cukup banyak.
Gede menyatakan bahwa XL Axiata melakukan riset terkait berapa banyak perangkat 5G di suatu daerah. Riset tersebut menjadi acuan perusahaan untuk menentukan lokasi yang tepat untuk menggelar jaringan generasi kelima.
“Dengan dynamic spectrum sharing, kita akan melihat daerah mana yang kira-kira mulai banyak handset yang mendukung (5G), kita akan deploy. Target kita mungkin seperti Jakarta, Denpasar, Bandung, dan sebagainya. Ke depannya bisa lebih banyak lagi,” ujar Gede.