Vision 2, Smartphone Rp 1,3 Juta dengan AI dan Face Detection
Jakarta – Pasar smartphone entry-level di Indonesia kian beragam. Juni lalu, hadir Vision 2 dari Itel yang dijual seharga Rp 1,3 juta.
Merek Itel Mobile memang masih asing untuk sebagian besar orang Indonesia. Maklum, produk pertama mereka baru masuk Indonesia pada November lalu, yaitu Vision 1 dan Vision 1 Pro. Namun, produk perusahaan yang berpusat di Shenzhen, Cina, ini telah tersebar 50 negara, kebanyakan di Afrika, Amerika Selatan, dan Asia Selatan. Di Asia Tenggara, Itel telah beredar di Vietnam dan Filipina.
Bersama Tecno dan Infinix yang lebih dulu masuk pasar Indonesia, Itel merupakan anak usaha Transsions Holdings. Dengan garansi setahun, terdapat 28 service center Itel di Indonesia, mulai Aceh sampai Makassar.
Selama dua pekan, Tempo menggunakan Vision 2. Secara fisik, sulit mencari smartphone dibawah Rp 1,5 juta, atau bahkan Rp 2 jutaan yang tebalnya cuma 8,3 milimeter seperti perangkat ini. Enak untuk diselipkan di kantong kemeja. Terlebih kalau tidak menggunakan hardcase mika yang tersedia gratis di boks kemasan.
Dari segi kamera, tersedia tiga lensa di belakang yakni yang utama 13 megapixel (MP), lalu tambahan 2 MP dan QVGA. Di depan, kamera selfie 8 MP terpasang di sudut kiri atas dari layar yang penuh (tanpa poni), meski bezel relatif tebal.
Deretan aplikasinya bebas bloatware. Bloatware adalah perangkat lunak yang ditanamkan produsen di smartphone tertentu. Tak berbahaya, tapi menghabiskan memori dan memperlambat kerja ponsel. Aplikasi bawaan Vision 2 sebatas satu game balapan dan situs berita lokal yang bisa dihapus.
Keunggulan lain ponsel made in Indonesia ini di kelasnya ada di pendeteksi wajah. Dengan dikombinasikan fitur “lift to check phone”, dari posisi terkunci, pengguna hanya perlu menghadapkan smartphone ini ke wajah. Seketika, maksimal sedetik kemudian, screen lock otomatis terbuka.
Jika tak terbiasa dengan face detection, bisa mengandalkan fitur pengenal sidik jari. Meski tak bekerja secepat pengenal wajah, pembuka kunci ini bekerja dengan tingkat akurasi yang tinggi. Bahkan lebih akurat ketimbang sejumlah smartphone Rp 2 jutaan yang pernah Tempo jajal.
Sisanya, sesuai dengan label “hape murah”, tidak ada yang menonjol dari Vision 2. Berbekal prosesor Unisoc SC9863a Octacore, memori 3 gigabita (GB), kapasitas 64 GB, dan sistem operasi Android 10, performanya tidak menonjol. Skoring versi Antutu–pemeringkat perangkat berbasis Android–cuma 74 ribuan, jauh di bawah 100 besar yang di atas 300 ribuan.
Dengan skor tersebut, sulit berharap Vision 2 mampu memutar game kelas berat macam Genshin Impact. Di game level menengah, smartphone ini masih bisa digunakan untuk main PUBG mobile tanpa gangguan freeze, meski mentok di setelan grafis balance medium. Adapun untuk main game populer Mobile Legends, Vision 2 nyaman-nyaman saja digeber tanpa kuatir ponsel jadi panas.
Hasil kamera tidak istimewa, standar smartphone di bawah Rp 1,5 juta yang hampir semuanya mengusung kamera 13 MP. Jika ingin menghibur diri, bisa aktifkan fitur artificial intelligence (AI) pada kamera, lalu selfie. Vision 2 akan menyebutkan usia Anda yang sudah dikorting.
Vision 2, smartphone entry level dari Itel yang dirilis di Indonesia, Juni lalu. TEMPO/REZA
Kelemahan bisa didapatkan di baterai. Vision 2 menggunakan daya 4000 mAh. Padahal, kebanyakan pesaing di segmen Rp 1,3 jutaan sudah ada yang menyematkan baterai 5000 mAh, bahkan ada yang pakai 6000 mAh seperti Realme C12–sehingga banyak diandalkan pengojek online.
Itel mengklaim penggunaan AI Power Master bisa menutupi minimnya daya setrum tersebut. Untuk dipakai seharian sih aman. Namun, berdasarkan dua pekan pengalaman menggunakan Vision 2, baterai paling lama bertahan sekitar 36 jam, dengan pemakaian minimal, tanpa gaming dan sosmed.
Dengan kelebihan dan kekurangan tersebut, Itel Vision 2 bisa menjadi pilihan smartphone entry-level Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta. Kelas ini sudah disesaki pemain lama, mulai Samsung A11 dan M11, Redmi 9A dan 9C, sampai Realme C12. Si anak baru siap menjadi penantang.