Tips WFH Nyaman dari UI, Mulai dari Posisi Duduk hingga Interaksi Pekerja
Jakarta – Sebagai upaya pencegahan meluasnya kasus penularan Covid-19, hingga saat ini sebagian perusahaan di Indonesia menerapkan sistem bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Dalam meningkatkan produktivitas kerja, kenyamanan saat bekerja menjadi hal yang patut diperhatikan. Seorang pekerja harus memperhatikan berbagai posisi ergonomi saat bekerja untuk kenyamanan fisik. Staf Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS Universitas Indonesia (UI)Ahmad Agus Susanto memberikan tips bagaimana posisi tubuh yang nyaman ketika bekerja di rumah.
Ahmad mengatakan hal yang perlu diperhatikan dari ergonomi fisik adalah sikap saat bekerja, lingkungan, dan postur tubuh harus tetap terjaga selama bekerja. Sebagian besar pekerja yang menjalani WFH sering mengabaikan posisi duduk yang kurang baik. “Padahal posisi duduk menjadi sangat penting diperhatikan demi menjaga tubuh agar tetap baik dan menghindari penyakit lordosis, skoliosis, maupun kifosis,” kata Ahmad seperti dikutip melalui laman resmi UI pada Jumat, 4 Februari 2022.
Ahmad mengatakan lordosis merupakan cara posisi duduk pekerja yang lebih condong ke dalam, posisi ini cukup berbahaya karena posisi tulang belakang yang condong ke depan yang berlebihan. Lain halnya dengan lordosis, skoliosis merupakan posisi duduk yang cenderung ke samping hingga menyerupai huruf “S”. Bila dibiarkan begitu saja, ini akan berbahaya dan dapat mengakibatkan komplikasi penyakit lain pada tulang.
Sementara itu, kifosis merupakan posisi duduk pekerja yang terlalu membungkuk bahkan melebihi 50 derajat. Kebiasan seperti ini perlu diubah terlebih kondisi pandemi Covid-19 yang belum usai, sehingga pekerja lebih sering duduk di depan layar laptop atau komputer karena penerapan WFH.
Ergonomi yang perlu diketahui dan diperhatikan adalah ergonomi kognitif. Ahmad mengatakan Ergonomi kognitif penting diterapkan oleh pekerja guna meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam bekerja seperti interaksi sesama pekerja, atau penggunaan alat kerja. Ergonomi ini berhubungan langsung dengan sistem saraf otak, sehingga konsentrasi dan ketelitian dalam setiap langkah harus dilakukan dengan hati-hati.
Kesehatan mental juga menjadi salah satu faktor pendorong pekerja dalam melaksanakan prinsip ergonomi kognitif. Selain ergonomi fisik dan kognitif, terdapat ergonomi organisasi yang patut diterapkan oleh pekerja. “Kolaborasi dengan pihak terkait harus diterapkan dengan baik guna membangun kenyamanan dalam menjalankan kinerja,” ujar Ahmad.
Selanjutnya adalah ergonomi lingkungan, yang meliputi temparatur suhu, pencahayaan, kebisingan suara, lokasi pekerjaan, yang dapat mempengaruhi pekerja dalam menjalani aktifitas selama bekerja. Agus mengingatkan keempat ergonomi ini penting diterapkan selama bekerja guna menghindari konflik saat bekerja, meningkatkan rasa nyaman, terhindar dari kecelakaan atau penyakit selama bekerja dan yang terpenting adalah kerjaan menjadi lancar.
Agus mengatakan pekerja wajib menerapkan prosedur keselamatan bekerja, baik WFH maupun work from office agar terhindari dari berbagai keluhan, seperti nyeri punggung, kesemutan, nyeri otot, sakit pada bagian tulang rangka, pegal-pegal, dan lainnya. Dia menekankan agar para pekerja tidak menggunakan alat komunikasi ponsel saat menunduk, karena dapat menyebabkan sindrom dan berdampak buruk bagi mata. Tak hanya itu, penggunaan ponsel saat menunduk juga mengakibatkan pusing, nyeri pada bagian leher, dan pundak.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Agus mengajak pekerja melakukan ice breaking dengan melakukan peregangan di sela-sela kesibukan bekerja, yaitu menggoyangkan pinggul, melemaskan pergelangan tangan, meluruskan kaki, memutar leher, dan lainnya. “Terkadang hal seperti ini yang sering dilupakan oleh pekerja, mereka terlalu semangat bekerja, hingga lupa mengistirahatkan bagian tubuh,” ujarnya.