Perseteruan Infinix vs Xiaomi Berujung Tentrem
JAKARTA – Persaingan di industri smartphone nasional dikenal ketat lantaran penuh aksi “sikut-menyikut” antar-merek atau brand. Kondisi itu makin menjadi pada saat momen kampanye peluncuran produk baru. Konten komparasi dari akun pengulas teknologi atau gawai bertebaran di bagian eksplor atau saran media sosial.
Nah belum lama ini, industri smartphone kembali dihebohkan dengan perseteruan secara online antara Xiaomi dan Infinix. Perseteruan ini diduga diawali dari kekeliruan konten komparasi pada akun IG resmi Infinix.
Polemik ini semakin mencuat begitu akun resmi POCO dan Country Director Xiaomi, Alvin Tse, turut meninggalkan komentar pada postingan komparasi Infinix.
Alvin menyatakan penyesalannya di kolom komentar dan berkata bahwa jika benar yang dimaksud Infinix adalah Redmi 9T, menurutnya informasi pada konten komparasi tersebut tidak adil dan tergolong menyesatkan. Alvin bahkan menyampaikan keinginannya untuk meneruskan hal ini ke Kementerian untuk diusut lebih lanjut.
Sebuah akun dengan username @ffarliani memposting konten from this/to thisterkait komparasi Infinix VS smartphone dengan jargon ‘Jawara’ dan momen saat Alvin Tse memberikan komentarnya.
Hal ini membuat semakin banyak warganet yang belum mengetahui isu antara Infinix dan Xiaomi berbondong-bondong menyambangi akun IG Infinix. Tetapi, selang beberapa saat Alvin memberikan komentarnya, warganet tidak dapat lagi menemukan balasan sang Country Director.
Selanjutnya, lewat cuitan @ffarliani yang mendapat banyak impresi, Alvin menyampaikan bahwa ia tidak terima produknya dipublikasi secara tidak adil. Ia juga menduga bahwa pihak Infinix telah menyembunyikan atau menghapus komentarnya.
Kejadian ini membuat warganet, khususnya MiFans, semakin geram dan tak henti-hentinya menyerbu postingan komparasi di IG Infinix. Namun, setelah dikonfirmasi dengan pihak Infinix, mereka menyatakan bahwa komentar yang diposting Alvin Tse tidak pernah disembunyikan apalagi dihapus.
Perang Komparasi di Dunia Maya
Setelah ditelusuri, diketahui bahwa POCO lebih dahulu mem-posting konten komparasi antara Poco M3 dengan smartphone yang diberi label ‘Entry-Level’ dan watermark ‘Hot 10S’ pada background.
Melihat watermark serta spesifikasi pada konten itu, warganet langsung mengetahui bahwa smartphone yang dijadikan pembanding Poco M3 adalah Infinix Hot 10S. Dari fakta di atas, mayoritas warganet yang semula condong ke arah Xiaomi mulai bersikap lebih netral dan tidak larut dalam aksi yang terkesan seperti sebuah persekusi.
Ini dibuktikan melalui balasan twit @ffarliani oleh akun @tanganbelang_tb, @WisnuKumoro, dan @mouldie_sep yang mengkritisi respons Xiaomi dan warganet terkait postingan komparasi pada akun IG Infinix, terutama soal kekeliruan layar FHD+ Redmi 9T yang ditulis HD+.Selain itu, warganet lain bernama @billydolmen juga menyayangkan sikap Alvin sebagai Country Director yang terjun langsung memberi komentar dan menjadikan masalah semakin membesar.
Dia berusaha menenangkan Alvin dan berkata bahwa sebenarnya Alvin tidak perlu menanggapi postingan tersebut. Informasi yang salah dari kompetitor bukanlah tanggung jawab Alvin maupun Xiaomi.
“Kesalahan informasi dari perusahaan Anda barulah tanggung jawab Anda. Bagaimana kalau misalnya saya memberikan informasi yang keliru mengenai produk Xiaomi? Apa Anda akan mencecar saya juga?” ungkap @billydolmen.
Kejadian seperti ini mungkin bukan yang pertama kali di industri smartphone, terlebih ketika suatu brand baru saja meluncurkan produk barunya, seperti Infinix Hot 10S, dan pesaing merasa ada ancaman baru yang bisa menyalip pasar mereka.
Namun kasus ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baik untuk Infinix maupun Xiaomi, sebab brand yang berkelas tidak fokus dengan ancaman yang timbul? Brand yang berkelas justru merasa semangat untuk bersaing lewat kreatifitas, bukan adu komunitas.
Kreatifitas seperti apa? Tentunya yang tidak adu hebat hanya dari konten komparasi, membuat orang awam merasa tereliminasi dan pemuja spek jadi emosi.
Kreatifitas yang membuat pasar smartphone lebih berwarna dan membuat masing-masing merek berkompetisi untuk memberikan inovasi guna membantu keseharian konsumen.