Indosat Tunjukkan Efek Langsung Sinyal Internet Buat Ekonomi
Indosat Digital Ecosystem (IDE) menunjukkan keberadaan sinyal internet bisa berefek pada perekonomian warga.
Program Indosat Ooredoo Hutchison ini pada intinya memberi pendampingan digital hingga pembelajaran praktis buat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Berulang tahun yang kesatu, Rabu (8/11), IDE sudah menggarap lebih dari 30 ribu pengguna UMKM dan pengusaha. Di tahun pertama, program ini masih fokus di Jakarta, Semarang, dan Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muhammad Buldansyah, Director and Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison, mengatakan pihaknya masih fokus di daerah yang sinyalnya kuat.
“Kita akan cover daerah situ yang sudah punya sinyal, jadi kita bisa kasih IDE juga, organiknya ke arah situ,” ucap dia, saat ditemui di Jakarta, kemarin.
Pasalnya, data IDE, yang bisa jadi bahan untuk meningkatkan pemasaran dan penjualan, salah satunya berbasis kebiasaan pencarian di internet.
Ia mengungkap para peserta ini merupakan UMKM yang “pengen level up,” lewat jalur, “pendampingan solusi digital.”
“Kelemahan UMKM itu belum pakai data, makanya misi kita mengajarkan ini,” imbuh pria yang akrab dipanggil Danny itu.
Sejumlah studi sebelumnya mengungkap hubungan sinyal internet dan perekonomian.
Penelitian lembaga Penelitian dan Pelatihan Ekonomi dan Bisnis (P2EB) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), yang dirilis 2019, mengungkap penambahan pengguna ponsel atau mobile internet sebesar 10 persen akan berpengaruh terhadap 0,4 persen pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).
Sementara, angka yang sama di Malaysia, pemakaian ponsel memberi dampak 0,43 persen. Kok lebih besar?
Deputi Direktur P2EB Artidiatun Adji menduga hal itu disebabkan infrastruktur teknologi informasi di Malaysia lebih baik, sehingga penetrasi digital ke beberapa sektor perekonomian menjadi lumrah.
“Namun kami baru sebut ini dugaan sementara, karena kami masih perlu melihat penyebab utama dari lebih tingginya dampak mobile internet di Malaysia ketimbang Indonesia,” jelasnya, Kamis (9/11/2019).
Konsultan PT. Lembaga Afiliasi Penelitian Indonesia (LAPI) ITB Ivan Samuels juga mengungkap penerapan jaringan 5G di Indonesia berpotensi meningkatkan PDB secara kumulatif dari 2021-2030 hingga 9,5 persen atau Rp2.874 triliun.
Garap Jawa
Hingga tahun depan, IOG masih fokus di Jawa untuk program IDE lantaran faktor sinyal dan konsentrasi UMKM.
“Tahun depan mau padetin lagi di Jawa. Masih banyak kota, Bandung, Jogja, Malang, itu UMKM semua isinya. Jadi target pertama saya habisin Jawa,” kata Danny.
Untuk tahun berikutnya, IOH menargetkan Sumatra dan Kalimantan. Khusus kawasan timur RI, pihaknya menyasar daerah Nusa Tenggara, terutama Labuan Bajo, dan Sulawesi.
Dengan penambahan wilayah cakupan itu, IOH menargetkan peserta IDE setidaknya bertambah jadi 60 ribuan, dengan potensi 100 ribu, “Kalau memang sesuai rencana kita.”