Hanya Sekitar 29% Pengguna Wireless Charger di Dunia. Ini Alasannya
JAKARTA – Alat pengisian daya nirkabel atau wireless untuk smartphone tentu terdengar futuristik. Cukup meletakan perangkat di atas sebuah alat, baterai otomatis akan terisi. Tanpa kabel dan tidak repot.
Dalam sebuah penelitian, meskipun mayoritas ponsel baru mendukung pengisian daya nirkabel, tetapi hanya sekitar 29% orang yang menggunakannya.
Alasannya, karena cukup merepotkan. Pengguna harus memiliki ponsel atau case ponsel yang bisa terkoneksi dengan wireless charging. Sebab, tak semua ponsel bisa terkoneksi.
Qi merupakan salah satu pengisi daya nirkabel yang bisa digunakan di banyak merek ponsel baru buatan Apple, Samsung, Google, maupun LG.
Melansir dari Tech Insider, Senin (5/10/2020), alasan lainnya, proses pengisian daya menggunakan pengisi daya nirkabel lebih lama dibandingkan pengisian daya dengan kabel.
Di dalam wireless charging, terdapat komponen yang disebut induksi elektronagnetik. Gunanya untuk memindahkan daya dari satu tempat ke tempat lain, yakni ponsel.
Selain itu, pengisian daya nirkabel juga membutuhkan dua buah koil. Koil pertama berada di alat pengisi untuk menginduksi, dan koil kedua berada di ponsel sebagai penerima daya.
Jika kedua koil tersebut tidak sejajar, baterai pada ponsel tidak akan terisi dengan benar. Inilah yang membuat pengisian menjadi lebih lama, dibandingkan mencolokan ponsel ke listrik dengan kabel.Kebanyakan kabel pengisian baterai memiliki daya setidaknya 12 watt. Sementara hampir semua wireless charger hanya memiliki 7,5 sampai 10 watt saja.
Pada dasarnya, semakin kecil angka tersebut, semakin lama pula waktu yang dibutuhkan agar baterai pada ponsel terisi penuh.
Bahkan, jika saat baterai diisi melalui wireless charger masih menggunakan case biasa, maka waktu pengisian akan jauh lebih lama, atau mungkin tidak terisi sama sekali.
Beberapa alat pengisi daya nirkabel memang sudah memiliki fitur pengisian cepat. Tetapi hanya berfungsi pada ponsel yang diproduksi di manufaktur yang sama dengan alat tersebut.
Jadi misalnya, alat pengisian daya Google Qi kemungkinan besar akan lebih cepat mengisi Pixel dibandingkan Galaxy.
Jika pengguna tak membutuhkan fitur pengisian cepat atau pengisian daya dilakukan di malam hari bersamaan dengan waktu tidur, pengisian daya nirkabel biasa bisa sangat berguna.
Di sisi lain, pengisian daya nirkabel sebenarnya tak sepenuhnya tanpa menggunakan kabel. Alat tersebut tetap harus dicolokkan ke listrik menggunakan kabel.
Harga untuk perangkat ini juga cukup mahal. Satu unitnya dibanderol antara USD15 – USD30 atau sekitar Rp222 ribu – Rp445 ribu. Bahkan, ada yang sampai dijual seharga USD60 – USD100 atau sekitar Rp891 ribu – Rp1,485 juta.