Kronologi BEM UI Dipanggil Pihak Rektorat Usai Kritik Jokowi
JAKARTA – Akhir-akhir ini masyarakat ramai memperbincangkan surat pemanggilan pihak Rektorat kepada pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) terkait karena postingannya yang mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai The King of Lip Service alias Raja Membual. Berikut kronologi peristiwa aurat pemanggilan tersebut.
Peristiwa berawal ketika BEM UI melalui akun resminya @BEMUI_Official memposting meme yang menjuluki Presiden Jokowi sebagai The King of Lip Service. Unggahan tersebut bukan tanpa alasan, BEM UI menilai pernyataan dan sikap Jokowi selama masa kepemimpinannya kerap mengobral janji manis tapi tak selaras dengan realita seperti rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK, dan sejumlah janji lainnya.
Postingan tersebut langsung direspons cepat oleh Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman melalui akun Twitternya. Fadjroel menulis bahwa segala aktivitas mahasiswa UI termasuk BEM UI merupakan tanggung jawab pimpinan UI.
Menanggapi komentar Fadjroel tersebut, pihak Rektorat UI melalui surat yang ditanda tangani Direktur Kemahasiswaan UI, Tito Latif Indra melakukan pemanggilan kepada sejumlah pengurus BEM UI.
Atas surat panggilan tersebut, sejumlah tokoh nasional ikut angkat bicara di antaranya Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah, mantan Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan, Wasekjen Partai Demokrat Irwan Fecho, dan mantan Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Para tokoh tersebut mengkritik langkah Rektorat yang melakukan pemanggilan terhadap pengurus BEM UI tersebut.
Atas panggilan tersebut Ketua BEM UI, Leon Alvinda Putra mengatakan telah memenuhi panggilan tersebut. Dari sejumlah pengurus yang dipanggil, hanya beberapa yang mewakili untuk memenuhi pemanggilan tersebut.
“Iya benar, kita sudah memenuhi panggilan. Perwakilan saya sebagai Ketua BEM UI, Yogie Wakil Ketua, dan Ketua DPM UI,” ujar Leon kepada MNC Portal Indonesia, Senin (28/6/2021).
Dalam pemanggilan tersebut dia mengaku telah dimintai keterangan oleh pihak Rektorat mengenai meme kritik Jokowi tersebut. Pihak rektorat mempertanyakan mengenai substansi pesan yang masukkan dalam meme bernada mengkritik tersebut.
“Rektorat menanyakan substansi apa saja yan dibawa, kenapa bentuk propagandanya menggunakan meme presiden dan lain-lain,” jelasnya.