Tangis Mayweather Pecah Usai Dibekuk Petinju Pegawai Supermarket
Tangis Floyd Mayweather Jr pecah di depan kamera usai dibekuk petinju Bulgaria Serafiv Todov yang bekerja di Supermarket. Ya, Mayweather menangis setelah merasakan kekalahan terakhirnya saat tampil di Olimpiade Atlanta 1996 sebelum menjadi petinju tak terkalahkan dengan rekor 50-0 di ring profesional.
Legenda tinju masa depan asal Amerika Serikat itu tidak menyangka akan mengalami kekalahan dari Todorov di semifinal Kelas Bulu di Olimpiade Atlanta 1996.Drama terjadi ketika Mayweather dinyatakan kalah meski wasit mengangkat tangannya tanda sebagai pemenang.
Penonton pun heboh dengan hasil yang dibacakan dengan kekalahan Mayweather. Dia tak percaya harus kalah dari Todorov yang kesehariannya bekerja sebagai karyawan Supermarket di Negaranya. Mayweather yang kala itu berusia 19 tahun pun menangis. ’’Saya merasa saya memenangkan pertarungan,’’kata Mayweather.
Petinju Amerika itu kemudian ditanya apakah menurutnya Todorov diberi perlakuan istimewa. Pada saat itulah emosi Mayweather meluap saat dia menangis. Mayweather harus puas dengan medali perunggu.
Dua bulan setelah drama kekalahan menyakitkan di Olimpiade Atlanta, Mayweather memutuskan promosi ke profesional. Mayweather menggunakan kekalahan menyakitkan itu sebagai motivasi untuk tidak pernah dikalahkan lagi, pernah menggambarkannya sebagai, ’’Salah satu hal terbaik yang pernah terjadi pada saya’’.
Dan itu terbukti sangat penting dalam karier pro Mayweather yang pensiun dengan rekor sempurna 50-0, sebagai juara dunia lima kelas dan petarung terkaya sepanjang masa.Tapi itu adalah cerita yang sama sekali berbeda untuk penakluk kontroversial Todorov.
Menurut New York Post, yang merinci karier peraih medali perak itu setelah Olimpiade Atlanta, Todorov menjalani kehidupan yang sederhana. Dia berbagi flat lantai pertama di Bulgaria dengan istri, putra dan menantunya.
Pekerjaannya bervariasi dari bekerja sebagai sopir, di supermarket dan di pabrik sosis, tetapi kemudian hidup dari £315 sebulan berkat pensiunnya.Mayweather ingin melihat mantan lawannya berlatih dan tidak merasa sedih setelah kekalahannya yang tidak adil. ’’Saya tidak berharap yang terbaik untuknya. Saya tidak tahu mengapa dia tidak menjadi pelatih tinju karena pada saat kami bertarung, dia sudah jauh lebih tua dari saya,’’ujar Mayweather kepada mantan bintang NFL Shannon Sharpe.
’’Saya bertarung di panggung elite pada usia 16 tahun. Saya ingin menjadi profesional pada usia 14 tahun, tetapi itu tidak pernah terjadi.Lima tahun kemudian, saya menjadi pro pada usia 19 tahun. Dalam setahun, saya menjadi juara.’’