Mulai Mencari Alibi
JAKARTA – Harapan melihat El Clasico ala Cristiano Ronaldo (CR7) versi Lionel Messi urung terealisasi. Ronaldo dipastikan masih harus menepi karena sesuai regulasi UEFA. Dia harus melakukDia juga memberi alibi jika skuad Juve tidak pernah bermain dengan kekuatan terbaik karena pasti ada anggota tim yang tidak bisa tampil. “Banyak pemain belum tersedia, pertandingan berakhir dengan banyak gol. Ini adalah situasi yang kami ketahui dan kami harus beradaptasi dengan cepat,” tandasnya.
Apa yang terjadi dengan Juve tak berbeda dengan kondisi Barcelona. Kekalahan di laga El Clasico melawan Real Madrid sebenarnya hanya puncak gunung es dari persoalan di Camp Nou. Mulai masalah di jajaran direksi sampai ruang ganti yang belum stabil.
Di level direksi, kengototan Presiden Barcelona Maria Bartomeu bertahan dan menolak mengundurkan diri meski mendapat mosi tidak percaya terhadapnya dan dewannya, tidak saja berimbas pada manajerial tim tapi memperburuk psikologis pemain. Banyak pemain menganggap Bartomeu sebagai biang kerok dari semua masalah Barca musim ini.
Dari sisi tim, pasukan Ronald Koeman telah kehilangan delapan poin dalam tiga pertandingan terakhir mereka. Barca juga kehilangan kegembiraan yang mereka miliki ketika musim dimulai, saat mendapatkan kemenangan melawan Villarreal dan Celta Vigo. Sekarang, mereka bukan tim yang solid. Mereka memiliki banyak masalah, baik dari sisi individu pemain atau per lini.
Dari sisi individu, ada persoalan Messi dan Antoine Griezmann. Messi di bawah Koeman sangat menderita dan jarang tersenyum. Pemain asal Argentina itu hanya mencetak satu gol musim ini dan tenggelam di lapangan.
Griezmann lebih parah lagi. Permainannya masih di bawah standar sehingga dia mulai tersingkir dari line-up. Padahal, Koeman berharap pemain asal Prancis itu bisa bersinar sehingga rela mengusir Luis Suarez dari Camp Nou. Ditambah lagi, Philippe Coutinho dikabarkan mengalami cedera sehingga harus menepi selama tiga pekan.
Dari sisi tim, lini belakang dan tengah bermasalah. Penalti Frenkie de Jong melawan Getafe dan Clement Lenglet saat menjamu Madrid mempertegas masalah itu. Sementara di tengah, taktik Koeman memperkenalkan poros ganda di lini tengah disorot. Peran yang dimainkan Sergio Busquets dan Miralem Pjanic tersebut belum sesuai harapan.
Wajar jika Koeman juga diragukan sama seperti halnya Pirlo meski mereka sama-sama legenda di klubnya. Koeman menganggap bahwa kekalahan timnya di El Clasico lebih karena faktor video assistant referee (VAR).
“Kami tidak pantas kalah seperti ini. Saya mengatakan kepada wasit bahwa semoga seseorang dapat menjelaskan kepada saya bagaimana VAR bekerja di Spanyol. Dari lima pertandingan dan VAR hanya bekerja untuk merugikan Barcelona,” tandas Koeman.an isolasi mandiri setelah dalam tes kedua tetap dinyatakan positif Covid-19.
Ini jelas bukan kabar menggembirakan. Apalagi, buat mereka yang hanya melihat pertemuan Juventus dengann Barcelona di Juventus Stadium, dini hari nanti, hanya sebatas mengenang romantisme rivalitas dua pemain terbaik di dunia tersebut.
Pertanyaannya kemudian, apakah pertandingan lanjutan di Grup G Liga Champions itu menjadi tidak menarik, tanpa pertemuan CR7 di kubu Bianconeri? Relatif sebenarnya. Tapi, untuk pendukung kedua tim, laga ini sebenarnya lebih besar dibandingkan pertemuan Ronaldo dan Messi.
Bagi pendukung Juve, inilah kesempatan terbaik melihat sejauh mana kualitas dari Andrea Pirlo sebagai pelatih. Meski belum terkalahkan di kompetisi, keraguan tentang kualitas Pirlo tetaplah mengemuka. Penampilan Alvaro Moratta dkk tidak terlalu meyakinkan.
Meski belum kalah,hanya tiga pertandingan yang dimenangkan, sisanya berakhir imbang. Hasil imbang itu bahkan bisa dianggap keberuntungan karena Juve sempat tertinggal. Seperti di laga terakhir melawan Verona di kandang sendiri.
Juve sempat tertinggal pada menit ke-60 melalui Andrea Favilli, sebelum akhirnya disamakan Dejan Kulusevski pada menit ke-77. Pun saat laga melawan Crotone dan AS Roma yang juga berakhir imbang. Melawan Crotone, Juve sudah tertinggal 0-1 pada menit ke-12 sebelum Morata membuat gol balasan (21).
Menghadapi Roma, juga dua kali tertinggal, tapi beruntung Bianconeri memiliki Ronaldo. Tapi, catat juga insiden saat Adrien Rabiot mendapat kartu merah. Pada laga tersebut, Rabiot memang terlihat frustrasi karena skema Pirlo tidak berjalan sehingga dia seperti bekerja sendirian dan berimbas pada permainan kasar.
Situasi ini membuat Pirlo mulai membangun alibi dengan merujuk apa yang terjadi di musim lalu. “Ini periode khusus semua orang, tetapi sejak akhir musim lalu, ada pertandingan yang ketat,” kata Pirlo, dikutip Football-Italia.