Marc Marquez: Saya Tak Percaya pada Diri Sendiri Saat Kualifikasi
Insiden dalam Warm Up MotoGP Indonesia yang berimbas pada kambuhnya diplopia, membuat mental Marquez goyah. Ia sempat terpuruk dan tak punya keinginan pulih lebih cepat.
Juara dunia MotoGP enam kali tersebut tak segan lagi bicara tentang ketakutan dan hilang keyakinan pada kemampuan sendiri. Hal itu dirasakan ketika mengaspal di COTA, yang notabena salah satu trek paling dikuasai selain Sachsenring.
Marquez pun harus puas dengan posisi kesembilan dalam kualifikasi. Meski begitu, rapornya paling bagus di antara penunggang Honda RC213V lainnya.
“Dalam kualifikasi, saya tidak percaya kepada diri sendiri. Selama akhir pekan, saya bekerja dengan baik, pada ritme. Tapi di Q2, saya bertemu kemacetan, jadi saya tak mau mengebut,” ujarnya.
“Dengan ban kedua, saya mengalami masalah yang mencegah saya mengencan seperti yang diinginkan. Baris pertama tidak mungkin, tapi yang kedua, saya kira itu posisi saya. Beruntung, saya mulai dari P9, karena itu lap terburuk saya,” ujarnya.
Ketika Marquez tak percaya kepada dirinya, Fabio Quartararo justru menganggapnya sebagai kandidat kuat pemenang akhir pekan ini. The Baby Alien menepis pandangan tersebut.
“Saya tak mungkin jadi favorit ketika start dari posisi kesembilan. Jika Anda memperhatikan, saya mengalami akhir pekan sangat aneh. Tapi itu hanya satu cara untuk bertahan,” ucapnya.
“Saya hanya memacu beberapa lap pada Jumat dan beberapa lap di kualifikasi. Satu-satunya sesi latihan bebas normal, FP4, di mana saya mencoba memahami pace. Ini cara saya untuk bekerja sekarang.”
Pembalap 29 tahun tersebut masih terbayang kecelakaan brutal di Sirkuit Mandalika. Penggunaan ban baru kini menjadi momok.
“Saya datang dari akhir pekan terburuk dalam hidup, dari kecelakaan serius. Saya sudah mengatakannya Kamis kemarin, bahwa saya tidak punya feeling bagus. Dalam konteks ini, wajar untuk seseorang merasakan keraguan,” ia menjelaskan.
“Ketika saya memasang ban baru dalam kualifikasi, saya tidak merasa nyaman. Saya menjadi sedikit takut sehingga tidak mendorong.
“Saya mengambil risiko yang sama seperti di Indonesia. Namun, setiap kali memasang ban baru pasti saya terhempas ke tanah. Setelah akhir pekan seperti di Indonesia, berada di luar selama dua pekan, bukan secara fisik tapi pikiran lebih dulu.
“Berada di sini sangat penting. Saya tidak bisa fokus untuk menyerang di akhir pekan.”
Beberapa hari lalu, adiknya Alex dan kolega LCR Honda, Takaaki Nakagami, mengeluhkan bagian depan RC213V yang sulit dikendalikan. Rupanya sensasi serupa dirasakan Marc Marquez.
“Honda bekerja untuk memiliki motor kompetitif di Sirkuie Eropa, yang mana lebih kecil. Motor ini perlu melaju di banyak trek untuk berbalik ke arah lebih baik dan memanfaatkan grip belakang. Itu tidak ada dalam DNA Honda,” tuturnya.
“Banyak yang terjadi besok, akan tergantung pada start serta lap pertama. Tapi Anda harus mengambil risiko, karena saya di sini untuk berkompetisi.”