Klarifikasi Omongan, Tuchel Mengaku Senang Melatih PSG
PARIS – Thomas Tuchel mengaku sangat menikmati tantangan selama menukangi Paris Saint Germain (PSG) . Pernyataan ini sebagai klarifikasi terkait ucapannya yang disalah artikan media, dimana kala itu dia menyebut pekerjaan yang diembannya lebih bersifat politik ketimbang melatih.
PSG menutup periode 2020 dengan hasil memuaskan, yakni mengalahkan Strasbourg 4-0 pada lanjutan Ligue 1 . Les Parisiens bisa merebut poin penuh di Parc des Princes berkat gol Timothee Pembele (18), Kylian Mbappe (79), Idrissa Gueye (88) dan Moise Kean (90+1).
Hasil itu membuat kans PSG mempertahankan gelar Ligue 1 tetap terjaga. Marco Verratti dkk kini menempati posisi tiga klasemen sementara dengan torehan 35 poin dari 17 laga. Mereka hanya terpaut satu poin dari Lille OSC dan Olympique Lyon.Tuchel lalu memanfaatkan momen tersebut untuk menjernihkan suasana. Maklum, beberapa jam sebelum laga, wawancaranya dengan SPORT1 telah dipublikasikan. Disitu, dia membahas mengenai tuntutan karena menangani klub besar macam PSG.
Juru taktik asal Jerman itu juga sempat menyatakan akan sangat sulit membuat pemain macam Neymar dan Mbappe terus bahagia. Tuchel bahkan mengaku merasa sedih karena pencapaiannya kerap diremehkan.
Tapi, yang menjadi sorotan adalah Tuchel sempat mengatakan kalau dia lebih merasa seperti politikus olahraga atau menteri olahraga ketimbang jadi pelatih selama musim pertamanya di Ibu Kota Prancis.
Tuchel lalu mencoba melakukan klarifkasi. Mantan pelatih Borussia Dortmund itu merasa ucapannya telah disalah artikan. “Saya tidak mengatakan ini lebih bersifat politik ketimbang olahraga. Saya juga tidak pernah kehilangan rasa senang ketika latihan. Ini tidak benar,” ucapnya.“Kemungkinan besar mereka salah mengartikan. Lihat lagi video wawancaranya. Saya hanya mengatakan bahwa PSG sangat unik dan itu menjadi tantangan berat bagi saya. Selalu seperti itu. Saya menyukai tantangan itu dan tidak ada yang berubah,” lanjutnya dilansir skysport.
Tuchel menyatakan kegaduhan ini terjadi karena kekeliruan. “Saya menyerahkan video wawancara itu kepada seorang wartawan yang ingin membuat artikel mengenai pelatih asal Jerman. Itu bukan wawancara untuknya. Itu tidak diperbolehkan,” katanya lagi.
“Saya membuat lelucon dengan menggunakan bahasa Jerman. Penerjemahannya tidak benar. Kita tidak bisa menerjemahkan kata demi kata. Itu hanya candaan ketika kami berbicara. Artinya, itu tidak diizinkan,” pungkasnya.