Ini Posisi Awal Matthijs de Ligt Saat Memulai Karier
TURIN – Dikenal sebagai bek, Matthijs de Ligt mengatakan kerap mencoba peran di posisi gelandang tengah di masa lalu. Pemain interasional Belanda tersebut bahkan mengungkapkan menjadikan pelatihnya di Juventus , Andrea Pirlo sebagai idolanya. De Ligt mengungkapkan sejak masih memperkuat akademi Ajax Amsterdam (2009-2016), dia berperan sebagai gelandang serang dan sangat menikmati peran tersebut.
De Ligt menjadikan Pirlo dan gelandang Barcelona Sergio Busquets sebagai inspirasinya. “Hingga usia 14 tahun di Ajax, saya bermain sebagai gelandang tengah dan memiliki dua model untuk diikuti: Sergio Busquets dan Andrea Pirlo. Saya bahkan menonton begitu banyak video Pirlo dan sangat menyukainya sebagai pemain. Dia adalah contoh yang bagus untuk saya ikuti,” ungkap De Ligt dilansir football-italia.net.
Seiring berjalannya waktu, De Ligt menyadari jika bermain di tengah bukan pilihan ideal. Berdasarkan masukan pelatih Ajax, dia beralih posisi sebagai bek tengah. Hal itu terbukti tepat, De Ligt menjelma menjadi bek andalan tim utama Ajax periode (2016-2019). Dia dipercaya menjadi kapten tim dan sukses mempersembahkan Eredivisie: 2018–19 dan KNVB Cup: 2018–19. Performa gemilang De Ligt bersama Ajax menghantarkannya ke tim nasional Belanda dimana dia mengoleksi 23 caps dan mencetak dua gol.
Kinerja apiknya membuat Juve kepincut dan merekutnya seharga 75 juta euro, Juli 2019 lalu. Dalam dua musim, De Ligt sukses mempersembahkan gelar Serie A dan Supercoppa Italiana bagi Juve. Namun, performa terbilang naik turun dan tidak jarang melakukan kesaaha fatal yang merugikan La Vecchia Signora. Dari 58 penampilannya, bek 24 tahun tersebut mencetak empat gol. Menyadari masih memiliki banyak kekurangan, De Ligt terus bekerja keras dan tidak segan menimba ilmu dari para seniornya di Juve .
Mereka adalah Leonardo Bonucci dan kapten Giorgio Chiellini yang dinilainya memiliki kemampuan hebat. “Bonucci adalah bek yang kuat, dia memiliki visi yang hebat dan sangat bagus dalam menguasai bola. Dia bisa melakukan operan panjang dan pendek secara akurat. Sedangkan Chiellini sangat luar biasa, saya belum pernah melihat orang seperti dia. Penempatan posisinya sangat bagus,” puji De Ligt.
Menurut De Ligt, di Juve dia belajar banyak hal secara taktik sejak datang ke Italia. Dia menilai memiliki pengalaman mengenai sistem permainan berbeda membuatnya tumbuh menjadi pemain lebih baik. Mendapatkan banyak pengalaman selama bersama Juve membuat De Ligt bersemangat untuk memberikan kemampuan terbaiknya. Bek bertinggi 189 cm itu menegaskan La Vecchia Signora, termasuk Serie A.
Meski saat ini tertinggal delapan poin dari Inter Milan yang memuncaki klasemen sementara (53 poin), De Ligt mengindikasikan timnya akan berjuang hingga akhir. “Ini musim yang hebat bagi para penggemar, karena ada begitu banyak tim yang mengumpulkan beberapa poin. Juve selalu memulai sebagai favorit Serie A, tetapi tahun ini ada lebih banyak persaingan. Kami kehilangan poin di awal musim melawan klub-klub kecil, tapi saya pikir itu juga karena kami sedang beradaptasi dengan sepak bola Pirlo,” tandas De Ligt.