Drama Penutup Liga Primer, Ironi Leicester City Tergusur ‘Raja Penalti’
LEICESTER – Manchester United (MU) dan Chelsea menyegel dua tiket sisa ke Liga Champions mendampingi Liverpool dan Manchester City (Man City). Sementara Leicester City harus terlempar ke Liga Europa. Inilah akhir drama dari Liga Primer musim 2019/2020.
Kisah Leicester mungkin paling menyita perhatian, di luar drama lolosnya Aston Villa dari jerat degradasi. Tim berjuluk The Foxes tersebut kehilangan tiket ke Liga Champions di pertandingan pamungkasnya karena takluk 0-2 dari MU di King Power Stadium, Minggu (26/7/2020).
Terasa antiklimaks lantaran Leicester sejatinya berada dalam posisi yang sangat baik lolos ke Liga Champions keduanya sepanjang sejarah setelah melaju hingga perempat final di musim 2016/2017. Sebelumnya, Jamie Vardy dkk sempat bertahan di posisi empat besar klasemen selama 325 hari.
Kenyataannya, kini, Leicester harus puas menempati urutan kelima klasemen akhir Liga Primer musim ini dengan 62 poin. “Kami menyelesaikan musim ini di posisi tertinggi kedua dalam sejarah klub di Liga Primer. Saya tidak bisa menyalahkan upaya dan semangat mereka. Tahun depan adalah tentang ambisi, meningkatkan kualitas, dan pengalaman ini akan sangat membantu kami,” kata Brendan Rodgers, dilansir Daily Mail.
Rodgers senang karena Vardy didaulat sebagai pencetak gol terbanyak Liga Primer musim ini dengan 23 gol. Dengan penambahan pemain berkualitas di bursa transfer, pelatih Irlandia Utara tersebut yakin The Foxes semakin kompetitif musim depan.
“Vardy adalah pemain brilian. Dia adalah roh permainan Leicester. Dia pantas mendapatkan yang terbaik. Mencetak 23 gol dan mengungguli penyerang-penyerang kelas dunia lainnya menggambarkan kerja keras yang dilakukannya sepanjang musim ini,” ujar RodgersKekalahan Leicester jelas menguntungkan MU. Eksekusi penalti Bruno Fernandes (71) dan gol Jesse Lingard (90+8) memastikan The Red Devils finis di urutan ketiga klasemen akhir dengan 66 poin, unggul selisih gol dari Chelsea yang berada di urutan keempat.
Sukses MU bukan tanpa kritik. Salah satunya terkait banyaknya penalti yang didapat The Red Devils. Sepanjang musim ini, MU telah mendapatkan 14 penalti di Liga Primer. Angka ini merupakan terbanyak untuk tim dalam satu musim tunggal dalam sejarah Liga Primer. Wajar jika banyak yang mencibir Harry Maguire dkk sebagai raja penalti karena sering diuntungkan keputusan-keputusan wasit.Namun, Pelatih MU Ole Gunnar Solskjaer tak mau ambil pusing. Dia gembira karena MU memperpanjang rekor tak terkalahkan mereka menjadi 14 pertandingan di Liga Primer, rekor terpanjang tanpa kekalahan mereka dalam kompetisi sejak April 2017.
Selain itu, MU mencatatkan finis empat besar di Liga Primer untuk kedua kali dalam lima musim dan ketiga kali dalam tujuh musim sejak Sir Alex Ferguson pensiun pada 2013. “Kami harus belajar memenangkan pertandingan seperti ini. Tenaga kami memang terkuras. Kami tidak sama seperti beberapa pertandingan sebelumnya, tapi kami berhasil meraih banyak poin dan gol. Para pemain telah bekerja sangat keras,” ujar Solskjaer.
Sementara itu, tiket terakhir Liga Champions didapatkan Chelsea seusai menang 2-0 atas Wolverhampton Wanderers (Wolves) di Stamford Bridge, Minggu (26/7). Dua gol dari Mason Mount (45+1) dan Olivier Giroud (45+4) mengamankan The Blues di urutan keempat klasemen akhir dengan 66 poin.
Kinerja keras Chelsea musim ini di bawah Frank Lampard pantas mendapatkan apresiasi. Maklum, mereka hanya menggunakan skuad seadanya karena dihukum tidak boleh mendatangkan pemain di bursa transfer musim panas lalu sehingga pencapaian Chelsea musim ini tergolong fenomenal.
Namun, Lampard tidak merasa puas dan memilih memasang target tinggi. Dia menantang pasukannya bisa mendekati level Liverpool dan Man City yang dinilainya sebagai klub mapan di Liga Primer.
Setelah mendatangkan Timo Werner dan Hakim Ziyech, Chelsea yang didukung dana melimpah Roman Abramovich diyakini bakal belanja besar-besaran di bursa transfer musim panas ini. Sebelum musim baru dimulai, Lampard bahkan bisa menyelesaikan musim ini dengan trofi.
Seperti diketahui, Chelsea akan berhadapan dengan Arsenal di final Piala FA, 1 Agustus dan berusaha membalikkan defisit tiga gol di leg kedua babak 16 besar Liga Champions melawan Bayern Muenchen, 9 Agustus mendatang. “Semuanya sedang dalam proses dan kini bisakah kami mengimbangi Liverpool dan Man City? Itu adalah tugas utama kami karena kedua tim tersebut berada di level yang berbeda,” tandas Lampard.