Bos Williams Akui Nicholas Latifi Berada di Bawah Tekanan
Musim ini, Latifi menjadi pembalap paling senior bagi Williams. Sang pembalap sudah memperkut tim sejak musim 2020. Tetapi, performanya tak kunjung membuahkan hasil.
Selama tiga tahun membela skuad bermarkas di Wantage, Inggris tersebut, Latifi hanya tercatat dua kali finis dalam zona poin, yakni di GP Hungaria dan GP Belgia 2021.
Albon, yang direkrut di awal musim ini, mampu menjadi lumbung poin bagi Williams. Mantan pembalap Red Bull Racing dan Toro Rosso itu telah mengumpulkan empat poin. Hasil finis P10 di GP Australia dan GP Belgia, serta finis P9 di GP Miami.
Sementara De Vries, yang menggantikan Albon di GP Italia karena sakit radang usus buntu, mampu finis P9, mencetak dua poin dalam debutnya.
Melihat hal tersebut, Latifi tentu berada dalam situasi yang tidak menguntungkan dalam perebutan kursi di Williams untuk Formula 1 2023. Apalagi, skuad juga disebut-sebut sedang mempertimbangkan duet Albon-De Vries.CEO Williams, Jost Capito, mengungkapkan bahwa pembalap asal Kanada itu sedang merasa tertekan. Tim juga bakal mulai menganalisa performa Latifi secara keseluruhan.
“Sebagai pembalap Formula 1, Anda perlu menangani tekanan. Hanya ada 20 kursi, dan Anda harus bisa menjadi yang terbaik untuk mendapatkan kursi itu,” tuturnya.
“Untuk sekarang, dia sedang berada dalam situasi yang sulit. Ia harus mengejar pembalap lain yang lebih cepat darinya, dan itu membuatnya tertekan.
“Kami harus mulai menganalisa performanya sekarang, mengingat ada banyak calon pembalap yang memperebutkan kursi kami.”
Tak hanya kalah saing saat balapan, Nicholas Latifi juga harus mengakui keunggulan Nyck de Vries dalam sesi kualifikasi.
Juara dunia Formula E 2020-2021 itu memulai balapan GP Italia dari P8, sementara Latifi dari P10. Itu sebabnya pembalap 27 tahun tersebut merasa tertekan, karena kalah saing di berbagai aspek.