Begini Cara Zidane Ubah Madrid Jadi ‘Monster’ Hentikan Dominasi Barca
MADRID – Real Madrid tinggal selangkah lagi menjuarai Primera Liga musim ini. Keberadaan dan sentuhan midas Pelatih Zinedine Zidane menjadi faktor utama keberhasilan Los Blancos berpeluang menghentikan dominasi Barcelona.
Dikenal sebagai pemain sukses di dunia saat aktif bermain, terjunnya Zidane ke ranah kepelatihan dilalui dengan proses panjang. Dimulai sebagai direktur olahraga (Juli 2011), asisten pelatih (2013), dan pelatih tim Castilla (Juni 2014) hingga ditunjuk menjadi pelatih utama Los Blancos pada Januari 2016 setelah Rafael Benitez dipecat.
Peran berbeda di beberapa jabatan tersebut membuat pengetahuan Zidane semakin luas dan mendapatkan rasa hormat dari seluruh pemain di ruang ganti. Dari perspektif taktis, pendekatan Zidane adalah tentang memainkan sepak bola ofensif, menciptakan struktur pertahanan yang solid, dan memberikan kebebasan kepada para pemainnya mengekspresikan diri.
Pelatih berusia 48 tahun tersebut juga fleksibel dalam menerapkan formasi. Zidane menekankan pentingnya level fisik pemain dan lebih suka memilih pemain yang memberikan dampak besar terhadap tim. Kemampuannya mengelola dan memotivasi beberapa pemain kelas dunia, menciptakan lingkungan tim yang baik, membina hubungan profesional, dan mental pemenang yang kuat membuat Madrid menenggelamkan Barcelona yang sempat dominan di era Pep Guardiola.
Hasilnya, di periode pertamanya (2016 – 2018), Zidane sukses mempersembahkan Primera Liga: 2016/2017, Piala Super Spanyol: 2017, Liga Champions : 2015/2016, 2016/2017, 2017/2018, Piala Super Eropa: 2016, 2017, dan Piala Dunia Antarklub: 2016, 2017.
“Dengan melihat ke belakang, Anda dapat memahami mengapa dia menjadi pelatih. Dia seperti spons. Dia banyak mendengarkan. Dia bukan seseorang yang banyak bicara, tapi dia mendengarkan dan mengamati,” kata penulis Biografi Zidane, Frederic Hermel, dikutip bleacherreport.com.
Tidaklah mengherankan jika Presiden Florentino Perez memanggilnya kembali pada 11 Maret 2019. Zidane menyelamatkan Madrid dari keruntuhan yang disebabkan Julen Lopetegui (Juni – Oktober 2018) dan Santiago Solari (Oktober 2018 – Maret 2019).
Menempati urutan ketiga klasemen Primera Liga musim 2018/2019, Zidane ditugaskan mengembalikan Madrid ke trek juara. Pengalamannya saat menukangi tim di periode pertama penuh kesuksesan memudahkannya merekonstruksi Madrid.
Fondasi utamanya adalah memaksimalkan potensi pemain muda ke tim utama seperti Federico Valverde, 21; Brahim Diaz, 20; Vinicius Jr, 20; Rodrygo Goes, 19; dan Eder Gabriel Militao, 22.
Kelimanya bahu-membahu dengan pemain-pemain mapan yang menjadi bagian kesuksesan Zidane meraih trofi Primera Liga pertamanya (2016/2017) seperti Sergio Ramos, Marcelo, Toni Kroos, Casemiro, dan Karim Benzema. Ditambah kedatangan Thibaut Courtois di bawah mistar gawang. Kepiawaian Zidane melakukan rotasi skuad di setiap pertandingan membuat Los Blancos begitu solid.
Hermel mengungkapkan bagaimana Zidane menceritakan saat masih menjadi pemain. Dia benci ketika pelatih berbicara panjang soal tim. Pun pemain lain, yang berhenti mendengarkan setelah 10 menit. Pengalaman itu membuat Zidane mengaku tidak suka berbicara banyak kepada pemain.
“Jadi, hari ini, ketika saya harus berbicara dengan seorang pemain, saya membatasi diri pada satu atau tiga instruksi dan selalu selesai dengan, ‘Sekarang, pergilah dan nikmati diri Anda di lapangan. ‘ Tidak lebih, tidak kurang,” tandas Hermel.
Formula tersebut mulai menunjukkan hasil. Zidane sukses mempersembahkan trofi Supercopa de Espana, Januari lalu. Kini, Zidane berpeluang besar mengamankan gelar Primera Liga keduanya bersama Madrid. Los Blancos memuncaki klasemen sementara Primera Liga dengan 83 poin, unggul empat poin dari seteru abadinya, Barcelona, yang berada di urutan kedua.
Madrid hanya membutuhkan dua poin tambahan untuk mengunci gelar dari dua pertandingan. Namun, kesempatan menjadi juara di Estadio Alferdo di Stefano tentu merupakan prioritas. Madrid wajib menang atas Villarreal, dini hari nanti. Zidane mengatakan para pemainnya pantas mendapatkan kredit karena telah bekerja luar biasa sehingga bisa memenangkan sembilan pertandingan beruntun di Primera Liga.
“Tidak ada pertandingan yang mudah, tapi kami selalu percaya kami bisa menang karena kami punya kualitas untuk melakukannya. Saya bangga kepada para pemain karena merekalah yang bertarung. Kami menunjukkan bahwa kami bisa kuat sebagai tim dan itu penting,” ujar Zidane, dilansir realmadrid.com.
Karena itu, Zidane yakin Madrid mampu mengatasi perlawanan Villarreal sekaligus menjadi juara Primera Liga. Mantan pemain Juventus tersebut menilai kesulitan dan semua kerja keras seluruh anggota tim selama ini akan terbayar dengan keberhasilan menjuarai Primera Liga.
Komposisi tim terbaik bakal diandalkan. Benzema didukung Marco Asensio dan Eden Hazard. Kreativitas lini tengah menjadi urusan Luka Modric, Kroos, dan Casemiro. Los Blancos juga memiliki Ramos yang piawai menjaga pertahanan dan rajin mencetak gol. Sementara Nacho Monreal dan Marcelo absen karena cedera.
“Jika ingin mencapai sesuatu yang besar, Anda harus menderita. Seluruh pemain yang ada siap berkontribusi di dua pertandingan terakhir. Kami ingin menjadi juara dengan mengalahkan Villarreal. Tapi, kami harus fokus karena saat ini belum mendapatkan apa pun,” sebut Zidane.
Komitmen Zidane berjuang hingga titik darah penghabisan demi gelar Primera Liga bukan tanpa sebab. Sang tamu Villarreal tergolong lawan yang kerap menyulitkan. Dalam lima pertemuan terakhir di Primera Liga, tim berjuluk El Submarino Amarillo tersebut mampu menang satu kali, menahan imbang tiga kali, dan kalah satu kali.