Mon. Dec 23rd, 2024

Berita olahraga dan game online Trans7sport

Link altenatif Nagaliga : nagasuara.com ,trans7sport.com , Prediksinagaliga.com , nagaliga.xyz , nagaliga.me , nagaliga.info , nagaligasbo.com , nagaliga.best , nagaliga.club , nagaliga9.com , nagaligaqq.com , togelnagaliga.com

Barcelona Berjaya Karena Messi Bukan Lantaran Taktik Guardiola

MUENCHEN – Kejayaan Barcelona ketika meraih dua gelar Liga Champions bukanlah karena taktik Pep Guardiola. Itu semata lantaran kehebatan seorang Lionel Messi.

Tim Catalan pernah mencatat prestasi mengagumkan di Eropa ketika meraih trebel untuk kali pertama dengan merengkuh gelar La LigaCopa del Rey dan Liga Champions pada musim 2008/09. Prestasi tersebut dicapai ketika Guardiola mengawali kariernya sebagai pelatih Barca. (Baca juga : Lionel Messi Lega Bisa Bantu Argentina Lewati Ujian Sulit)

Dua tahun kemudian, trofi Si Kuping Besar kembali sukses direbut setelah di final menumbangkan Manchester United. Apakah itu merupakan karena kehebatan Guardiola yang kemudian hengkang pada 2012 setelah memberikan 14 trofi? (Baca juga : Lionel Messi Kembali, Argentina Petik Kemenangan)

Menurut mantan pelatih Bayern Muenchen Felix Magath semua yang terjadi bukan karena Guardiola. Sebab, setelah Guardiola hengkang dan berlabuh di Bayern tidak ada satu pun gelar Liga Champions berhasil disabet. Prestasi terbaiknya hanyalah tiga kali semifinalis. 

Pun ketika menukangi Manchester City, Guardiola hanya mampu berbicara di pentas domestik dengan memberikan dua gelar Liga Primer, satu Piala FA dan tiga Piala Liga Inggris.

Magath mempertanyakan sistem berbasis penguasaan bola milik Guardiola. Menurutnya sistem itu bekerja di Barca semata-mata karena Lionel Messi. “Dialah yang dapat memutuskan permainan entah dari mana. Messi memenangkan gelar, bukan Guardiola,” kata saya kepada Sport Bild, Senin (12/10/2020). 

Tanpa Messi, sistem ini tidak pernah bekerja sesukses Guardiola. “Kalau memang tidak, mestinya dia bisa memenangkan Liga Champions bersama Bayern atau Manchester City sejak lama,” imbuh Magath.

“Tiki-taka hanya bekerja jika Anda memiliki pemain yang secara teknis lebih unggul dari lawan mereka. Bagi penonton, memegang bola, seperti yang saya sebut, hanya membosankan dan tim papan atas tidak terlalu membutuhkannya.”

“Menurut pendapat saya, Guardiola secara umum terlalu sering tersesat dalam upaya memenangi pertandingan lebih awal. Taktik itu sering berakhir dengan keputusan yang salah, yang menghalangi kesuksesan,” tuturnya.

Apa yang diperlihatkan Guardiola sangat jauh dengan upaya yang dilakukan Juergen Klopp bersama Liverpool. Menurut Magath, Klopp berhasil membangun tim dan untuk kali pertama sepanjang tiga puluh tahun The Reds bisa meraih gelar liga. “Klopp membuat sistem itu sukses terutama berkat keputusannya tentang personel, bukan karena taktik,” katanya.

“Jika Liverpool tidak merogoh pundi-pundi dan membeli kiper Alisson seharga 60 Juta Euro dan Virgil van Dijk seharga 85 Juta Euro, sistem ini kemungkinan besar juga tidak akan berhasil. Dulu, saya menyebutnya serangan balik; hari ini, disebut ‘Gegenpressing'”

Leave a Reply

Categories

Social menu is not set. You need to create menu and assign it to Social Menu on Menu Settings.