Amarah Klopp pada VAR
LIVERPOOL – Penggunaan video assistant referee (VAR) tidak henti-hentinya menghadirkan masalah di Liga Primer. Teknologi tersebut kembali menuai kontroversi di Goodison Park saat Everton menjamu Liverpool pada Derby Merseyside, Sabtu (17/10/2020).
Pertandingan sejatinya berlangsung menarik. Liverpool dua kali unggul melalui Sadio Mane (3) dan Mohamed Salah (72). The Toffees berhasil menyamakan kedudukan melalui Michael Keane (19) dan Dominic Calvert-Lewin (81).
Sayangnya kekecewaan begitu dirasakan kubu Liverpool. Tekel keras Jordan Pickford mencederai Virgil van Dijk (11). Penggunaan VAR menjadi kontroversi lantaran wasit Michael Oliver dan VAR yang dipimpin David Coote tidak memberikan hukuman kepada Pickford. Jika dia dikartumerahi, Everton bisa bermain dengan 9 orang karena Richarlison juga diusir keluar (90).
Oliver pun menganulir gol Jordan Henderson pada menit-menit akhir pertandingan karena menganggap Sadio Mane offside dalam proses gol. Padahal dalam tayangan ulang, Mane berada di posisi onside. Kegagalan meraih tiga poin membuat kubu The Reds meminta Liga Primer meninjau kembali penggunaan VAR dalam pertandingan.
“Begini, saya pendukung nyata VAR, tetapi Anda pasti berharap––terutama saat ada masalah offside––wasit bisa mengambil keputusan tepat. Kami mencetak gol, satu gol di Aston Villa dan saat wasit mengatakan offside (insiden Roberto Firmino)––, itu terdengar lucu––, tapi kami mengerti. Kali ini gambar yang saya lihat, tidak ada offside, tidak ada apa-apa,” keluh Klopp seperti dikutip cbssports.com.
Klopp menilai Liverpool berada dalam posisi yang dirugikan karena VAR tidak berfungsi sesuai dengan harapan. Pelatih asal Jerman tersebut menganggap Everton dinaungi keberuntungan oleh VAR sehingga terhindar dari kekalahan
Klopp jelas kecewa, Liverpool tertahan di peringkat kedua. Henderson dkk tertinggal tiga poin dari Everton yang memuncaki klasemen sementara Liga Primer (13 poin). Tercatat di tiga pertandingan terakhir semua kompetisi, The Reds hanya meraih satu hasil imbang dan mengalami dua kekalahan.
“Saya tidak tahu di mana garis batas terakhir sehingga Anda dinyatakan dalam posisi offside,” tambah Klopp.Situasi kian pelik lantaran Van Dijk diperkirakan mengalami cedera ligamen lutut serius sehingga terancam absen dalam banyak pertandingan, termasuk saat Liverpool menghadapi Ajax Amsterdam di fase Grup D, Liga Champions, Kamis (22/10).
“Saya melakukan 10 wawancara dan semua orang mengatakan kepada saya bahwa itu (Mane) tidak offside dan itu tidak mengangkat suasana hati saya dengan jelas. Anda semua jelas lebih sering menontonnya. Itu rumit. Kami kehilangan seorang pemain dalam situasi di mana VAR tidak terlibat. Jelas, ini bukan hari kami meski kinerja tim sebenarnya baik,” terang Klopp.
Kontroversi VAR tersebut turut mengundang komentar mantan wasit Liga Primer Peter Walton. Dia mempertanyakan Oliver yang dinilainya salah mengambil keputusan karena tidak memberikan hukuman kepada Pickford. “Terjangan Jordan Pickford terhadap Van Dijk seharusnya ditangani oleh VAR dan memberi Michael Oliver pandangan kedua atas insiden tersebut,” papar Walton.
Apa yang dialami Liverpool menambah panjang daftar kontroversi VAR di Liga Primer. Hal demikian terjadi di empat pertandingan. Pertama adalah Crystal Palace versus Everton, Sabtu (26/9). Menyamakan skor melalui tendangan Cheikhou Kouyate pada menit ke-26 setelah tertinggal gol Dominic Calvert-Lewin (10), Palace harus menerima pil pahit ketika sundulan Lucas Digne mengenai tangan Joel Ward.
Setelah melihat kedua kejadian itu, wasit Kevin Friend menunjuk titik putih. Richarlison yang menjalankan tugasnya membawa Everton menang 2-1. Di hari yang sama, Brighton & Hove Albion meradang melihat satu poin diambil dari genggaman mereka Manchester United (MU)
The Seagulls mengira mereka telah mendapatkan hasil imbang 2-2 ketika Solly March menyamakan kedudukan pada menit ke-95, tapi semuanya buyar lantaran Wasit Chris Kavanagh melihat VAR di mana sundulan Harry Maguire mengenai lengan Neal Maupay. Kavanagh memutuskan handball. Bruno Fernandes memenangkan The Red Devils dari titik penalti (90+10).
Selain itu ada kontroversi gol penyeimbang Chelsea saat menahan West Bromwich Albion 3-3. Gol Tammy Abraham (90+3) diperdebatkan. Dalam proses gol tersebut, Bos The Baggies Slaven Bilic yakin Kai Havertz telah mengontrol bola dengan tangan. Tapi, dari pemeriksaan VAR, tidak dianggap handball karena bola tidak mengarah langsung ke gawang.
Kemenangan Tottenham Hotspur yang sudah ada di depan mata sirna setelah terjadi handball Eric Dier di kotak penalti di masa penambahan waktu. Callum Wilson menjalankan tugasnya dengan baik (90 + 7) dan membuat pertandingan berakhir 1-1.
Keputusan wasit Peter Bankes memberikan penalti diambil setelah melihat VAR. Hal itu menimbulkan kontroversi karena kubu Tottenham menganggap Dier berada pada posisi tidak melihat bola dan tidak sengaja menyentuhnya saat menerima pantulan bola dari Andy Carroll.