Malaysia vs Indonesia: Pertaruhan Harga Diri Tanpa Simon
Laga Malaysia vs Indonesia akan digelar di Stadion Bukit Jalil, Malaysia, Selasa (19/11). Ini akan menjadi duel sarat gengsi meski Indonesia minim peluang lolos.
Di samping misi berat tersebut, Indonesia harus menghadapi masalah internal. Yakni, pemecatan Simon dari kursi pelatih sebelum pertandingan digelar.
Masalah bertambah rumit usai PSSI mengumumkan pemutusan kerja dengan Simon, pekan lalu. Karena, di sisi lain pelatih asal Skotlandia itu diminta tetap menangani skuat Garuda di Bukit Jalil.
Simon berhak menolak mendampingi Timnas Indonesia setelah pemutusan kontrak kerja dengan PSSI. Sebab, pencopotan diumumkan jelang pertandingan.
Pelatih profesional sekaliber Jurgen Klopp atau Pep Guardiola pun kemungkinan bakal menolak bekerja setelah pemutusan kontrak. Psikologis mereka tentu akan mengalami guncangan hebat.
Tak ada gunanya PSSI ‘mengemis’ kepada Simon untuk memimpin skuat Indonesia melawan Malaysia. PSSI sudah melakukan blunder dengan mengumumkan pemecatan sang juru taktik.
Lebih elok jika PSSI mendepak Simon setelah laga Indonesia vs Malaysia digelar. Itu merupakan keputusan lumrah terjadi di sepak bola.
Pengumuman pencopotan jabatan sebelum pertandingan dan tetap meminta si pelatih bekerja, adalah keputusan tak lumrah, tidak beretika, dan terkesan tanpa pikir panjang.
Maka, tak heran kalau Simon tak bernafsu lagi mendampingi Timnas Indonesia. Konsentrasi mantan pelatih Bhayangkara itu juga tidak akan 100 persen jika pada akhirnya bersedia duduk di bangku pelatih.
Tanpa dipecat sekalipun, psikologis Simon jelas-jelas sudah terganggu. Sebab, peluang Indonesia lolos dari babak kualifikasi teramat kecil.
Desakan pemecatan Simon bahkan sudah menggema sejak jauh-jauh hari. Tagar ‘Simon Out’ sudah bermunculan di dunia maya usai Indonesia kalah 2-3 dari Malaysia di laga perdana Grup G.
Kekecewaan fan Indonesia bertambah besar setelah Garuda kembali takluk saat menjamu Thailand di Stadion Gelora Bung Karno. Apalagi Evan Dimas dkk kalah 0-3 dari Thailand.
Kekesalan suporter semakin berlipat ganda usai Timnas menderita kekalahan 0-5 dari Uni Emirat Arab dan menyerah 1-3 dari Vietnam.
Empat kekalahan beruntun membuat Indonesia terjerembab di posisi buncit tanpa perolehan angka. Sementara Thailand dan Vietnam yang mengemas tujuh poin, berada di peringkat pertama dan kedua.
Sedangkan UEA dan Malaysia harus puas menempati posisi ketiga dan keempat. UEA masih punya kans besar lolos karena mengemas enam poin sementara Malaysia mengumpulkan nilai tiga.
Peluang Indonesia lolos dari babak penyisihan grup Zona Asia memang teramat kecil. Namun, duel melawan Malaysia bisa dibilang sebagai pertaruhan harga diri.
Meski jarang berprestasi baik di level ASEAN dan Asia, pertemuan Malaysia vs Indonesia selalu menjadi sorotan media. Rivalitas dua negara tetangga tersebut juga merambah hingga melibatkan suporter.
Tekanan Suporter
Peperangan suporter di dunia maya jadi pemandangan lumrah bila Malaysia bentrok lawan Indonesia. Padahal, prestasi tertinggi di Asia Tenggara lebih sering diraih Thailand dan Vietnam.
Konflik kedua suporter bahkan mulai meruncing di dunia nyata saat Indonesia menjamu Malaysia pada laga perdana Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang digelar di GBK, 5 September 2019.
Pertandingan Indonesia vs Malaysia sempat terhenti sesaat pada babak kedua lantaran terjadi kericuhan di tribune suporter.
Sejumlah pendukung Malaysia mengalami luka-luka dalam insiden tersebut. Suporter tim tamu pun sempat dievakuasi pada awal babak kedua dan pada akhir pertandingan.
Kericuhan tersebut berujung sanksi dari FIFA. PSSI harus membayar denda sebesar 45 ribu Franc Swiss atau sekitar Rp643 juta akibat ulah sebagian suporter Indonesia.
Indonesia berharap fan Malaysia tidak melakukan aksi balasan ketika Harimau Malaya menjamu Merah Putih, pekan depan.
Selain potensi tekanan dari suporter lawan, Timnas Indonesia juga harus mengatasi isu internal terkait pemecatan Simon McMenemy.
Tanpa Simon, Irfan Bachdim dan kawan-kawan akan ditangani duet caretaker Yeyen Tumena dan Joko Susilo di Bukit Jalil.
Publik sepak bola tentu tak akan peduli masalah internal yang menghantui persiapan Timnas Indonesia jelang lawan Malaysia. Dengan kehadiran Simon atau tidak, laga melawan Harimau Malaya jadi pertaruhan martabat Indonesia.