Stabilisasi Harga, Badan Pangan Nasional Dorong Sinergi Distribusi Pangan
JAKARTA. Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus mendorong sinergi distribusi pangan. Hal ini menjadi salah satu faktor untuk menjaga stabilisasi harga pangan.
Koordinator Bidang Harga Pangan, Badan Pangan Nasional Rachmi Widiriani mengatakan lantaran sebaran produksi pangan tidak merata, maka distribusi dari wilayah sentra produksi ke wilayah konsumen menjadi kunci pemerataan pasokan/ketersediaan pangan.
“Dampaknya terhadap stabilitas harga pangan baik di produsen maupun konsumen,” ucap Rachmi kepada Kontan.co.id, Minggu (26/6).
Rachmi menyebut, kerjasama Badan Pangan Nasional dengan stakeholder terkait untuk memperlancar distribusi pangan telah dilakukan sejak berdirinya Badan Pangan Nasional.
Misalnya fasilitasi distribusi cabai rawit merah dan bawang merah dari wilayah surplus ke wilayah defisit. Serta mendatangkan sapi ke Jakarta dan Bandung Raya kerjasama Badan Pangan dengan Kementerian Perhubungan dan BUMN (PT BGR Logistik Indonesia).
Terbaru, Badan Pangan Nasional memfasilitasi distribusi panen jagung dari wilayah Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal itu dilakukan saat Kepala Badan Pangan Nasional/NFA (National Food Agency), Arief Prasetyo Adi meninjau wilayah panen jagung yang surplus di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Sabtu (25/6).
Kepala Badan Pangan Nasional / NFA (National Food Agency), Arief Prasetyo Adi mengatakan, NTB merupakan salah satu produsen pangan terbesar, salah satunya Jagung dan panen jagung terus berlimpah. Akan tetapi panen tersebut tidak dapat terdistribusi dengan cepat lantaran keterbatasan logistik pangan.
“Oleh karenanya NFA sinergi Kementerian Perhubungan dorong percepatan mobilisasi hasil pangan dengan optimalisasi fungsi pelabuhan sebagai upaya mempercepat arus pergerakan barang terutama bahan pangan,” ujar Arief.
Sebagai upaya mengorkestrasi tata kelola pangan yang baik, Arief terus mendorong sinergi berbagai stakeholder terkait dalam distribusi pangan antar wilayah sehingga merata dan terjangkau ke semua daerah.
Menurutnya, orkestrasi stakeholders sesuai arahan Presiden Joko Widodo pada Sidang Kabinet Paripurna bahwa diperlukan sebuah orkestrasi yang baik antara Kementerian/ Lembaga, BUMN, Swasta dan daerah untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun peningkatan produksi pangan untuk potensi ekspor pangan Indonesia.
Jika ekosistem pangan ini sudah berjalan, Arief meyakini bahwa produksi pangan yang ada di NTB seperti jagung yang cukup berlimpah akan menjadi sumber pangan bahkan bisa didorong untuk ekspor.
“Kalau stoknya cukup kita bisa simpan untuk sampai panen berikutnya. Sisanya kita dorong ekspor ini adalah waktunya kita bersaing keluar sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo,” terang Arief
Dalam kesempatan yang sama, Tenaga Ahli Menteri Perhubungan Andre Mulpyana mengungkapkan bahwa pihaknya akan fokus dalam membantu mengurai penyempitan-penyempitan arus keluar (bottleneck) komoditas pangan melalui jalur laut sebagai upaya memperlancar distribusi pangan antarwilayah.
“Di NTB ini kita banyak melakukan studi untuk pembukaan jalur supaya tidak terjadi bottle neck tadi. Selama ada pasar, selama ada sumber, selama ada barangnya kita akan optimalisasikan” ungkap Andre.
Untuk mempercepat aktifitas bongkar muat khususnya komoditas jagung yang menjadi andalan wilayah ini, akan diupayakan percepatan produktivitas pelabuhan Badas Sumbawa dengan menambah jumlah crane operasional dan alat grain pump. Begitupula di Pelabuhan Bima dibutuhkan perluasan fasilitas pelabuhan dan penambahan frekuensi kapal.