Singgung Khilafah, Ma’ruf Minta Tradisi Lama Tak Dihabisi
NAGALIGA — Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyebut perubahan di era revolusi industri 4.0 harus dilakukan dengan tetap menjaga tradisi yang baik yang sudah ada sejak lama di Indonesia.
“Tradisi yang lama yang baik jangan dihabisi, tetapi dijaga. Kecenderungan men-disrupsi apa yang lama harus kita tangkal, jangan sampai yang lama yang baik itu hilang,” kata dia, saat memberi sambutan dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW bertajuk ‘Indonesia dalam Cinta dan Harmoni’ di kediaman Habib Hilal Alaidid di Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta, Minggu (24/11), dikutip dari Antara.
Perubahan, kata dia, tidak boleh melampaui batas dan menghilangkan kesepakatan-kesepakatan yang sudah dibuat oleh para pendiri bangsa, khususnya Pancasila, UUD 1945, dan NKRI. Ia mencontohkannya dengan upaya mengubah NKRI, yang merupakan kesepakatan para pendiri negara, menjadi khilafah.
“Boleh kita berdebat, boleh kita mencari mana yang terbaik. Tetapi kalau sesuatu yang diperdebatkan, yang diingkari itu sudah disepakati, maka tidak boleh,” cetus dia, yang juga menjabat Ketua Umum MUI itu.
Ma’ruf menyebut prinsip menjaga tradisi yang lama yang baik sesuai dengan prinsip Nahdlatul Ulama (NU). Meski demikian, prinsip itu dilengkapi dengan melakukan perubahan atau transformasi yang lebih baik.
Ia tidak menampik bahwa di era Revolusi Industri 4.0 perubahan memang harus dilakukan dengan cepat. Namun kecepatan itu harus tepat, terukur dan bermuara pada hasil yang bermanfaat.
“Walaupun cepat, harus tepat, harus baik, dan terukur serta menghasilkan sesuatu yang bermanfaat,” kata Ma’ruf yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini.
Ma’ruf mengajak para hadirin untuk mencontoh jejak Nabi Muhammad SAW saat mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat yang baik.
“Perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah itu perubahan yang luar biasa karena mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat khaira ummah,” kata dia.
“Yang luar biasa bahkan itu dilakukan dalam waktu yang super cepat, 23 tahun,” kata Ma’ruf yang juga Mustasyar PBNU ini.
Dalam kesempatan itu, Ma’ruf juga menitipkan pesan kepada para ulama sebagai pewaris Nabi mampu memosisikan diri sebagai tokoh perubahan.”Selain memiliki tugas menyiapkan orang-orang yang paham agama, tapi para ulama juga harus melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik,” kata dia.
Saat itu, Ma’ruf hadir didampingi oleh istri Wury Estu Handayani. Hadir pula sejumlah tokoh, yakni Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar, Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani.
Putri Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid, Yenni Wahid, Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas, serya para habib dan kiai di Yogyakarta.
SUMBER: