Pemulung Raih Untung Saat Banjir Jakarta
NAGALIGA — Pemulung di Pintu Air Manggarai, Menteng, Jakarta Pusat disebut dapat untung lebih ketika banjir melanda Jakarta pada awal tahun. Barang-barang yang bisa dikumpulkan di area salah satu bagian pengendalian banjir di Ciliwung ini bukan hanya sampah plastik tetapi juga kulkas, televisi, tabung gas, dan kayu-kayu dari rumah warga yang hanyut.
Berdasarkan keterangan Pengawas Unit Pelaksana Kebersihan Badan Air (UPKBA) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Prasetyo, saat ketinggian air di Pintu Air Manggarai normal, yakni 700 cm, setidaknya hanya didatangi tiga pemulung per hari. Namun saat banjir lalu jumlahnya meningkat setidaknya 10 orang.
“Rata-rata pemulung di Pintu Air Manggarai adalah warga sekitar, jarang ada orang dari luar,” kata Prasetyo disitat dari Antara, Selasa (21/1).
Prasetyo mengatakan ada ada pemulung yang bercerita kepadanya bisa mendapatkan uang Rp500 ribu sampai Rp1 juta dari memungut sampah unorganik yang bernilai ekonomi.
Benda-benda yang mengapung di Pintu Air Manggarai dikatakan menjadi milik pemulung yang menemukannya.
“Misalnya mereka pernah dapat tabung gas, bisa mereka jual seharga Rp150 ribu,” katanya.
Rendi (32), pemulung di Pintu Air Manggarai sejak 2015 mengatakan pada saat banjir awal tahun lalu ia bisa mendapatkan penghasilan Rp700 ribu. Pada hari biasa, saat arus air normal, dia bisa mengumpulkan satu hingga tiga karung botol plastik.
Sampah botol plastik itu dikumpulkan, lalu dipisahkan dengan tutup dan mereknya. Kemudian setelah mencapai 100 kg per karung dijual ke pengepul di Jalan Manggarai Utara Dua.
“Kalau 100 kg ini bisa dapat Rp150 ribu,” katanya yang juga bilang tutup botol bisa dijual Rp2 ribu per kilogram.
Pemulung yang lain, Heru Biawak (50), mengatakan Pintu Air Manggarai terbuka bagi warga Manggarai yang datang memulung. Meski begitu warga luar tidak diperkenankan.
Heru menambahkan selain mengumpulkan botol plastik, mereka juga mengumpulkan kayu-kayu balok yang terbawa arus sungai. Kayu tersebut akan dijual ke pedagang sebagai kayu bakar dengan harga Rp300 ribu untuk satu bak mobil carry.