Ma’ruf Amin Beberkan Kunci Utama Keberhasilan Usaha Industri Asuransi, Ternyata Sangat Mudah untuk Diterapkan
Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin meminta industri asuransi untuk terus membangun dan menjaga kepercayaan masyarakat karena merupakan kunci keberhasilan usaha.
“Industri asuransi merupakan industri kepercayaan. Membangun trust masyarakat merupakan sebuah proses panjang yang harus selalu dijaga,” terang Ma’ruf Amin saat memberikan sambutan secara virtual pada acara Milad ke-18 Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), Sabtu sore (14/8/2021).
Hadir dalam acara itu, Ketua Umum AASI Tatang Nurhidayat, Direktur Eksekutif AASI Erwin Noekman, Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, Staf Khusus Wapres Bambang Widianto dan Masduki Baidlowi.
“Oleh karena itu, industri asuransi harus selalu mengedepankan Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik,” kata Wapres.
KH Ma’ruf Amin mengutarakan, membangun kepercayaan masyarakat dimulai dari agen-agen asuransi yang profesional yang memberikan informasi yang jelas, jujur, dan transparan terhadap produk-produk asuransi.
“Di bidang ini pula perusahaan asuransi harus mengambil peran untuk meningkatkan literasi masyarakat tentang asuransi, termasuk khususnya literasi tentang asuransi syariah,” ujar Wapres.
Selanjutnya, pengelolaan dana oleh perusahaan melalui investasi juga harus dilakukan secara cerdas, tapi juga prudent, penuh kehati-hatian sehingga dapat memperkuat citra positif industri asuransi dalam jangka panjang.
Wapres menjelaskan industri asuransi memiliki kontribusi signifikan terhadap Industri Keuangan Non Bank (IKNB). Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan Bulan Mei 2021, jumlah aset industri asuransi nasional sebesar Rp1.547 triliun atau 56% dari total aset IKNB. Meskipun di tengah krisis, aset industri asuransi tetap tumbuh sebesar 6,07% pada tahun 2020, dan semester satu 2021 (data sampai bulan Mei) tumbuh sebesar 4,15%.
Namun bila dilihat dari sisi lain, pangsa aset asuransi syariah terhadap industri asuransi nasional masih sangat rendah yaitu baru 2,83% dengan jumlah aset sebesar Rp42,78 triliun pada Mei 2021.
“Porsi ini mengecil dibandingkan bulan Desember 2019, dengan aset sebesar Rp45,45 triliun, dengan pangsa 3,3%. Hal ini menunjukkan industri asuransi syariah cukup terdampak selama masa pandemi, terutama penurunan yang cukup besar pada sektor asuransi jiwa, yakni minus 8,21% pada Mei 2021 terhadap Desember 2019,” terangnya.
Angka penetrasi asuransi syariah terhadap PDB juga masih sangat kecil yaitu 0,145% pada Mei 2021, masih jauh dari penetrasi industri asuransi nasional sebesar 3,03%.
Sementara, angka densitas atau premi per kapita asuransi syariah sebesar Rp83.900 per bulan, masih lebih kecil dibandingkan dengan densitas industri asuransi konvensional yaitu sebesar Rp145 ribu per bulan.
“Oleh karena itu, dengan 270 juta penduduk Indonesia dan porsi kelas menengah yang cukup besar, potensi pasar asuransi nasional, khususnya asuransi syariah, masih sangat besar untuk terus bertumbuh,” Wapres menandaskan.