Manuver Paloh Dinilai Bentuk Kekecewaan Terkait Posisi Jaksa Agung dan Bergabungnya Gerindra
JAKARTA – Manuver politik Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dinilai sebagai bentuk kekecewaan kepada Presiden Jokowi dan PDI Perjuangan terkait posisi Jaksa Agung.
Sebelumnya, posisi Jaksa Agung diisi HM Prasetyo, mantan kader Partai Nasdem. Lalu menyeruak isu bahwa posisi tersebut bakal diisi oleh kalangan profesional. Tetapi, faktanya jabatan Jaksa Agung diduduki adik dari politikus PDI Perjuangan, meskipun ia profesional.
Hal itu dikatakan pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin melalui keterangan pers tertulisnya kepada Okezone, Senin (11/11/2019).
“Nasdem kecewa ke Jokowi dan PDIP. Kekecewaan itu yang menjadikan Nasdem bermanuver. Jokowi dianggap Nasdem tak konsisten. Katanya Jaksa Agung akan diisi oleh profesional, tapi faktanya Jaksa Agung yang tadinya kader Nasem diambil alih dan diberikan ke PDIP. Kita tahu Jaksa Agung saat ini adiknya TB Hasanudin, politikus PDIP,” kata Ujang.
Kekecewaan Paloh lainnya, lanjut Ujang, ialah Nasdem tidak diajak bicara dalam penyusunan kabinet. Walhasil, Nasdem hanya mendapat jatah tiga kursi yang disebut kurang strategis.
“Kekecewan berikutnya. Nasdem tak diajak bicara menyusun kabinet dan mendapat 3 menteri yang tidak strategis,” ucapnya.
“Kekecewaan terakhir, masuknya Gerindra tidak disukai Nasde, tapi didukung PDIP dan Jokowi. Karena masuknya Gerindra ke koalisi Jokowi telah mengubah peta politik internal koalisi Jokowi,” kata Ujang.
Sekadar diketahui, Surya Paloh telah bertemu dengan Presiden PKS Sohibul Iman. Ia berangkulan sangat mesra hingga Presiden Jokowi merasa ‘cemburu’ karena tidak pernah dipeluk Paloh seerat itu.
Tak sampai di situ, Paloh juga tampak menunjukkan kedekatan dengan Gubernur DKI Anies Baswedan. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu bahkan diundang menjadi pembicara di Kongres II Partai Nasdem.