Wed. Dec 18th, 2024

Berita olahraga dan game online Trans7sport

Link altenatif Nagaliga : nagasuara.com ,trans7sport.com , Prediksinagaliga.com , nagaliga.xyz , nagaliga.me , nagaliga.info , nagaligasbo.com , nagaliga.best , nagaliga.club , nagaliga9.com , nagaligaqq.com , togelnagaliga.com

Keterlibatan BIN Dalam Penanganan Covid-19 Sesuai UU Intelijen Negara

JAKARTA – Peran Badan Intelijen Negara (BIN) yang ikut menangani virus Corona (Covid-19) memicu pro dan kontra di masyarakat.

Pengamat Militer dan Intelijen Susaningtyas Kertopati mengatakan, berdasarkan UU No. 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara, BIN diberikan kewenangan untuk membentuk Satuan Tugas (Satgas) dalam pelaksanaan aktivitas intelijen seperti yang tercantum dalam pasal 30 huruf d.

”Ancaman kesehatan, merupakan bagian dari ancaman terhadap keamanan manusia yang merupakan ranah kerja BIN sehingga dengan dasar tersebut BIN turut berpartisipasi secara aktif membantu Satgas Penanganan Covid-19 dengan melakukan operasi medical intelligence (intelijen medis) di antaranya, berupa gelaran tes swab di berbagai wilayah, dekontaminasi, dan kerja sama dalam pengembangan obat dan vaksin,” kata perempuan yang akrab disapa Nuning, Senin (28/9/2020)

Menurut Nuning, hal seperti itu juga dilakukan di negara-negara lain seperti Amerika Serikat yang memiliki National Center For Medical Intelligence (NCMI). Dimana NCMI melakukan surveillance penyakit menular di dunia. Begitu juga NATO di Eropa yang melibatkan aktivitas intelijen dalam pengkajian infrastruktur kesehatan. ”Sebagai lini terdepan dalam keamanan nasional sebagaimana amanat UU No. 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara, maka BIN berkewajiban membantu pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19 di Indonesia,” ucapnya.

Mantan anggota Komisi I DPR ini mengatakan, upaya-upaya yang dilakukan BIN semata-mata untuk membantu pemerintah dalam percepatan penanganan pandemi Covid-19 di antaranya melalui 3T (Testing, Tracing dan Treatment) serta untuk memperbanyak kapasitas testing di Indonesia yang saat ini masih dibawah rata-rata test harian yang ditetapkan WHO yakni 1.000 test per 1 juta penduduk.

”Oleh karenanya, BIN bekerja sama dengan berbagai lembaga penelitian dan universitas yang memiliki fasilitas laboratorium BSL 2 dan 3 di berbagai daerah. Terutama daerah-daerah yang masuk dalam zona merah Covid-19 untuk meningkatkan kapasitas uji spesimen dengan memberikan berbagai bantuan alat laboratorium, mulai dari RT PCR hingga berbagai peralatan lainnya, seperti reagen dan sebagainya,” katanya.

Selain itu, BIN juga membangun satu laboratorium stasioner berstandar BSL-2+ dan empat unit lab mobile berstandar BSL-2 untuk membantu mempercepat dan memperbanyak kapasitas testing, yang mampu menjangkau zona-zona merah yang sebelumnya tidak dapat dijangkau. Menurut Nuning, upaya 3T dimaksudkan untuk mencegah Orang Tanpa Gejala (OTG) atau asimpotmatik agar tidak menjadi spreader.

”Ini merupakan perhatian kita bersama dan mengobati pasien Covid-19 kondisi ringan dan sedang yang dideteksi sejak dini dari tes swab berpeluang sembuh lebih besar serta lebih murah. Jangan sampai stigmatisasi masyarakat yang kuat melekat menjadi bagian dari polemik hasil test positif-negatif,” ucapnya.Tak heran, jika kehadiran Satgas BIN mendapat apresiasi positif dari Kementerian/Lembaga dan pemda. ”Hal itu terlihat dari banyaknya kementerian dan lembaga serta pemda yang menyampaikan permohonan kepada BIN untuk membantu pelaksanaan tracing di wilayah maupun institusinya dengan melakukan tes swab dengan beban anggaran operasi BIN,” katanya.

Banyaknya kementerian/lembaga dan pemda yang mengajukan permohonan kepada BIN, kata Nuning, karena dalam melakukan proses uji spesimen, laboratorium BIN menggunakan 2 jenis mesin Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT PCR), yaitu jenis qiagen dari Jerman dan jenis thermo scientific dari Amerika Serikat dan memiliki sertifikat laboratorium BSL-2 yang telah didesain mengikuti standar protokol laboratorium dan telah dilakukan proses sertifikasi oleh lembaga sertifikasi internasional, World Bio Haztec dari Singapore serta kerja sama dengan LBM Eijkman untuk standar hasil tes sehingga layak digunakan untuk analisis RT-PCR yang sesuai standar.

”BIN menerapkan ambang batas standar hasil PCR tes yang lebih tinggi dibandingkan institusi / lembaga lain yang tercermin dari nilai CT QPCR (ambang batas bawah 35, namun untuk mencegah OTG lolos screening maka BIN menaikkan menjadi 40) termasuk melakukan uji validitas melalui triangulasi 3 jenis gen yaitu RNP/IC, N dan ORF1AB,” paparnya.

Terkait dengan fenomena hasil test swab positif menjadi negatif, kata Nuning, Dewan Analis Strategis Medical Intelligence BIN yang termasuk jaringan intelijen di WHO menjelaskan bahwa itu bukan hal baru dan dapat disebabkan oleh RNA/protein yang tersisa (jasad renik virus) sudah sangat sedikit bahkan mendekati hilang pada treshold sehingga tidak terdeteksi lagi. Apalagi subjek tanpa gejala klinis dan di test pada hari yang berbeda. OTG/asimptomatik yang mendekati sembuh berpotensi memiliki fenomena tersebut. ”Terjadi bias pre-analitik yaitu pengambilan sampel dilakukan oleh dua orang berbeda, dengan kualitas pelatihan berbeda dan SOP berbeda pada laboratorium yang berbeda, sehingga sampel swab sel yang berisi virus Covid tidak terambil atau terkontaminasi,” ucapnya.

Selain itu, sensitivitas reagen dapat berbeda terutama untuk pasien yang nilai CQ/CT nya sudah mendekati 40. dalam kaitan ini, BIN menggunakan reagen perkin elmer (USA), a-star fortitude (Singapore), Wuhan Easy Diag (China). Reagen ini lebih tinggi standar dan sensitivitasnya terhadap strain Covid-19 dibandingkan merek lain seperti genolution (Korea) dan liferiver (China) yang digunakan beberapa rumah sakit.

”Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi perbedaan uji swab antara lain adalah kondisi peralatan, waktu pengujian, kondisi pasien, dan kualitas test kit. BIN menjamin kondisi peralatan, metode, dan test kit yang digunakan adalah gold standard dalam pengujian sampel Covid-19. Kasus false positive dan false negatif sendiri telah banyak dilaporkan di berbagai negara seperti Amerika Serikat, China, dan Swedia,” kata Nuning.

Di sisi lain, kata Nuning, dalam menggelar kegiatan test massal di berbagai titik, BIN berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat termasuk didalamnya dinas kesehatan serta gugus tugas daerah untuk membantu menentukan titik-titik lokasi yang menjadi klaster penyebaran Covid-19. ”Sejak Satgas Intelijen Medis beroperasi pada April 2020, BIN selalu melaporkan hasil tes swab yang selama ini dilakukan kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Gugus Tugas Penanganan Covid-19,” tegasnya.

Leave a Reply

Categories

Social menu is not set. You need to create menu and assign it to Social Menu on Menu Settings.