Jurus Ampuh Mengatasi Covid-19: Tes Massal, PSBB, dan Regulasi yang Kuat
JAKARTA – Kajian Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) memprediksi akan ada 2,4 juta orang Indonesia yang terjangkit Covid-19. Hal itu terjadi apabila tidak ada intervensi yang komprehensif dari pemerintah. Pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) saja tak cukup.
Situasi saat ini lumayan rumit karena angka positif dan yang meninggal terus bertambah. Data terbaru dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, ada 1.677 orang yang positif dan 157 orang meninggal. Penularan ditakutkan semakin meluas karena banyaknya masyarakat perantau di DKI Jakarta kembali ke daerah asalnya.
“Gini kan tidak boleh satu intervensi. Intervensi yang saya buat itu kombinasi antara pembatasan sosial yang masif, regulasi yang kuat, dan melakukan tes massal pada orang-orang sekarang dianggap dalam pemantauan karena pulang kampung dan yang dalam pengawasan. Kalau pulang kampung, ketahuan positif langsung disolasi di daerah tersebut,” ucap pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono saat dihubungi SINDOnews, Kamis (2/4/2020).
Ia menilai, Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) salah satu yang berhasil mendeteksi titik rawan di Sukabumi. Wilayah di Selatan Jabar itu menjadi cluster baru penyebaran Covid-19 menyusul Jakarta dan Bogor.
“Di Jakarta itu banyak cluster-cluster, di Jawa Barat itu banyak cluster. Bogor saja ada 4-6 cluster. Ada (satu) cluster bisa 200 orang, 500 orang. Sebagian tertular, pindah ke tempat lain, dan sebagainya. Jadi, kita menghindari pembentukan cluster-cluster baru. Walaupun kecil, sedang, dan besar karena di situ berhimpun orang-orang yang memungkin virus itu pindah,” terang Doktor Epidemiologi lulusan University of California itu.
Dalam kajian Covid-19 Modelling Scenarrios, Tim FKM UI memprediksi pada saat puncak penyebaran akan ada 50.000 orang terinfeksi dan membutuhkan pelayanan kesehatan. Sementara itu, kapasitas pelayanan kesehatan terbatas, sehingga rumah sakit (RS) akan kewalahan.
Apabila PSBB ini berjalan efektif, menurut Pandu, kemungkinan orang yang membutuhkan layanan kesehatan akan turun hingga setengahnya. “Jadi puncaknya kita ratakan, tidak jadi gunung. Tapi jadi bukit. Kita tunda, jangan dua bulan lagi, tiga bulan lagi, misalnya. Kita bisa melambankan penularan sehingga RS bisa bernapas, sebagian bisa sembuh. Itu bisa dimanfaatkan untuk yang baru. Kita inginnya supaya orang jangan meninggal,” pungkasnya.