Imlek, PKB Mengenang Perjuangan Gus Dur
JAKARTA – Saat-saat menjelang Imlek, keluarga besar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi teringat ajaran Gus Dur soal pluralitas. Mereka terkenang dengan ajaran mantan Presiden RI tersebut, salah satunya ketika Gus Dur menghapus diskriminasi terhadap etnis Tionghoa.
Hal itu terlihat dari acara PKB merayakan Tahun Baru Imlek 2571 bersama komunitas Tionghoa seluruh Indonesia dengan mengangkat tema “Pancasila Tegak, Kebhinekaan Kuat, Maju Indonesiaku”. Acara digelar di Season City, Jakarta, Rabu malam (22/1/2020). Suasana Tionghoa mendadak terasa di kalangan politisi PKB itu.
Hadir dalam kesempatan itu antara lain Wakil Ketua Umum DPP PKB Ida Fauziyah (Menteri Tenaga Kerja, ketiga kanan), Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid (kedua kanan), Ketua DPP PKB Daniel Johan (kanan), Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid
Pada acara refleksi Imlek tersebut ada spanduk kecil bertuliskan ‘Terima Kasih Gus Dur’ yang mencolok dengan dasar merah. Menurut Ida Fauziyah, perayaan Imlek tahun ini merupakan bentuk penghargaan pada persamaan dan keadilan bahwa semua warga negara adalah sama di depan hukum dan tidak boleh terjadi diskriminasi di Indonesia termasuk terhadap etnis Tionghoa melalui semangat Imlek.
Menurut Ida, Perayaan Imlek 2571/2020 menjadi momentum istimewa bagi PKB. Imlek bukan hanya pengakuan, namun juga bagian utuh dari perjuangan partai yang didirikan para ulama dan tokoh bangsa ini.
Wakil Ketua Umum DPP PKB Ida Fauziyah menegaskan, Imlek harus dimaknai sebagai persatuan dalam keragaman. Tahun Baru kalende Tionghoa ini juga memancarkan semangat bahwa semua orang sama di depan hukum.
“Bahwa tidak boleh ada diskriminasi di Bumi Pertiwi ini. Bagi PKB, Imlek peringatan untuk selalu mewujudkan persamaan, mewujudkan keadilan dan menolak diskriminasi,” ujar Ida di acara Refleksi Imlek 2020 PKB di Season City, Jakarta, Rabu malam (22/1/2020).
Menteri Ketenagakerjaan ini mengatakan, semangat tersebut menjadi landasan bagi PKB sebagai partai politik yang tidak pernah absen untuk menyambut Imlek. Perayaan ini sekaligus menjadi cara bagi PKB untuk mengenang tokoh NU sekaligus Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid ataU Gus Dur. “Kita tidak bisa menolak bahwa pencetus Imlek adalah Gus Dur,” ujarnya.
Ida mengingatkan, pada era Orde Baru di bawah kepemimpiman Presiden Soeharto, masyarakat Tionghoa dilarang merayakan Imlek secara terbuka. Larangan itu tertuang pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China.
Saat menjadi Presiden, Gus Dur yang mencabut inpres tersebut karena dinilai bertentangan dengan UUD 1945. Sejak saat itu warga Tionghoa bebas melaksanakan Imlek dan Cap Go Meh secara terbuka.
Melalui momentum Imlek, kata Ida, PKB akan terus melanjutkan perjuangan Gus Dur melalui PKB, dan memastikan bahwa Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika akan tetap kokoh di bumi Indonesia.
“PKB akan menjadi garda terdepan dalam memastikan bahwa politik kebangsaan tetap menjadi jalan politik Indonesia. Sejak awal didirikan PKB bisa menjadi kekuatan utama yang melindungi ideologi Pancasila, termasuk melindungi hak sosial, politik, ekonomi warga Tionghoa,” tuturnya.