Dinkes Sultra Bantah Warga Kendari Terjangkit Virus Corona
NAGALIGA — Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menyatakan pasien MW (22) yang sempat dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari tak terjangkit virus corona.
Meski demikian, klaim negatif virus corona terhadap pasien tersebut bukan atas dasar hasil uji laboratorium melainkan perkiraan riwayat perjalanannya ke Korea Selatan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sultra Andi Hasnah mengatakan seseorang bisa dikatakan suspect corona jika mempunyai gejala demam atau riwayat penyakit batuk, pilek, nyeri tenggorokan, pneumonia berat berdasarkan gejala klinis dan atau gambaran radiologis.
Selain itu, mempunyai faktor risiko riwayat perjalanan ke China atau wilayah negara yang terjangkit dalam 14 hari sebelum timbul gejala.
Sementara itu, Plt Direktur RSU Bahteramas dr Sjarif Subijakto menyebut, diagnosa wabah corona adalah pneumonia berat, berasal dari China.Kemudian, memiliki riwayat paparan salah satu atau lebih, riwayat kontak dengan kasus terkonfirmasi virus corona atau pernah mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien virus corona seperti di China atau wilayah terjangkit.
“Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular. Memiliki demam di atas 38 atau ada riwayat demam. Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan atau kontak dengan orang yang memiliki riwayat perjaIanan ke Wuhan. Tapi pasien ini tidak memenuhi itu,” katanya, Selasa (4/2).
Menurut dia, MW sudah batuk lebih dulu sebelum berangkat ke Korea. Ia menduga, pasien mengalami sakit setelah tiba di tanah air karena kelelahan dalam perjalanan empat hari di Korea Selatan.
“Saya curigai akibat dari perjalanannya. Perjalanan jauh kan capek,” tuturnya.
Terhadap hasil uji laboratorium pasien, Dinkes Sultra baru meminta bahannya dari Kementerian Kesehatan untuk kemudian memeriksa kondisi MW.
“Tapi menurut pusat, kenapa harus diperiksa, dia itu bukan suspect corona,” tegasnya.
“Nah ini pasien cuma demam, batuk, tapi ada riwayat dari Korea. Dari dua kriteria itu saja tidak masuk kriteria diagnosis corona,” katanya.
Dokter, kata dia, sudah memeriksa fisik paru pasien dalam kondisi normal. Hanya saja, semua itu perlu dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui infeksi sekunder.
“Kenapa diisolasi, antisipasi saja karena ada wabah. Saat ini pasien cenderung normal ya diisolasi 7 hari lagi. Jadi flu saja. Yang bikin dicurigai ya karena riwayat dari Korea siapa tahu tertular. Tapi kriteria yang betul high risk ya riwayat dari Wuhan, atau dari China,” ujar Sjarif.
Sebelumnya, MW tergabung dalam rombongan 38 orang yang bepergian di Korea Selatan. Delapan orang dari Kendari, 28 orang dari Makassar dan 2 orang dari Jakarta.
MW bersama tujuh orang lainnya berangkat dari Kendari ke Jakarta pada 23 Januari 2020. Kemudian dari Jakarta bertolak ke Korea Selatan pada 24 Januari serta kembali di Kendari pada 27 Januari 2020.
Tiba di Kendari, pasien sempat masuk kerja. Namun, pada 1 Februari mengalami sakit dan ia sempat berobat ke Puskemas Poasia dengan keluhan demam dan sakit kepala.
Keluarga pasien kemudian merujuknya ke RSU Bahteramas pada 2 Februari 2020 karena tidak ada perubahan, hingga akhirnya dirawat di ruang isolasi khusus akibat kekhawatiran pasien terjangkit virus corona.
Namun, kata Sjarif, kondisi pasien saat ini sudah membaik usai mendapatkan pengobatan di RSU Bahteramas.