COVID-19 Mewabah, Pelatihan Program Kartu Prakerja Diganti Jadi Online
JAKARTA – Pandemi COVID-19 memberikan dampak bagi pelaksanaan program Kartu Prakerja. Kantor Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja bersiasat untuk menggeser pelatihan dari tatap muka menjadi online atau daring.
“Kita harus menyesuaikan model pelatihannya untuk mendukung social distancing,” ujar Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko di Jakarta, Selasa (24/3/2020).
Kartu Prakerja yang diluncurkan pada Jumat pekan lalu bertujuan untuk menciptakan keterampilan baru. Moeldoko menegaskan Kartu Prakerja diluncurkan bukan untuk menggaji penggangguran tetapi menyiapkan anak muda dengan pelatihan agar siap kerja.
Moeldoko mengakui, COVID-19 membuat pertumbuhan ekonomi jadi melambat. Penciptaan lapangan kerja juga turut melambat karena sejumlah faktor seperti jam kerja yang berkurang.
Sektor yang paling merasakan dampaknya adalah sektor pariwisata, hotel, restoran dan transportasi. Program Kartu Prakerja memberikan ruang insentif untuk menahan laju pelambatan ekonomi. “Insentif setelah pelatihan online bisa lebih tinggi dari sebelumnya. Angkanya sedang kita kaji,” kata Moeldoko.
Selain itu, pemerintah juga terus mengupayakan agar APBN bisa terserap optimal untuk membantu sektor informal dan UMKM. Kedua sektor itu terkena dampak langsung Covid-19. “Program Kartu Prakerja diharapkan menjadi pendorong kebekerjaan dan kewirausahaan agar ekonomi tumbuh kembali,” tegas Moeldoko.
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Denni Purbasari mengatakan besaran insentif akan diputuskan Komite Cipta Kerja. “Komite yang dipimpin Menko Perekonomian akan memutuskan berapa besaran insentif, untuk berapa bulan, dan berapa orang pekerja harian sektor informal yang terdampak,” ujar Denni.
Denni menambahkan sejak dirilis pada Jumat pekan lalu hingga hari ini, jumlah pengunjung situs resmi Kartu Prakerja www.prakerja.go.id mencapai 46 ribu lebih pengunjung. Sebanyak 42% users berasal dari Jakarta dan Surabaya dan sebanyak 55% users adalah laki-laki.
“Dari analytics diketahui profil demografi pengunjung, 49% berusia 18-24 tahun, disusul usia 25-34 tahun sebanyak 33%,” kata Denni.