Berikut Sederet Kebijakan Makroprudensial yang Disiapkan Bank Sentral Pada Tahun Ini
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) masih akan memperkuat kebijakan makroprudensial akomodatif pada tahun 2022 untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dan tetap menjaga stabilitas sistem keuangan.
“Kami akan meningkatkan kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha untuk mendukung pemulihan ekonomi,” tutur Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pembacaan hasil RDG BI Januari 2022, seperti dikutip dari keterangan resminya Kamis (20/1).
Perry merinci beberapa kebijakan makroprudensial akomodatif yang disiapkan otoritas moneter pada tahun ini.
Pertama, pemberian insentif bagi bank-bank yang menyalurkan kredit/pembiayaan kepada sektor prioritas dan pembiayaan inklusif dan/atau bank-bank yang memenuhi target Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM).
Insentif yang diberikan berupa pengurangan kewajiban GWM harian sampai dengan sebesar 100 basis poin (bps) dan mulai berlaku 1 Maret 2022.
Kedua, penguatan implementasi kebijakan RPIM terutama melalui pemenuhan komitmen bank terhadap target RPIM yang ditetapkan sesuai dengan keahlian dan model bisnis bank.
Ketiga, melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif dengan mempertahankan rasio Countercyclical Capital Buffer (CCyB) sebesar 0%, Rasio Intermediasi Makrprudensial (RIM) pada kisaran 84%-94% dengan parameter disinsentif batas bawah sebesar 84% sejak 1 Januari 2022.
Kemudian rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 6% dengan fleksibilitas repo sebesar 6%, dan rasio PLM Syariah sebesar 4,5% dengan fleksibilitas repo sebesar 4,5%.
Keempat, memperkuat kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman perkembangan spread suku bunga kredit terhadap suku bunga deposito per kelompok bank.