Bamsoet: Pemerintah Gagap Sosialisasi Karantina di Natuna
NAGALIGA — Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) menilai pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) gagap dalam memberikan informasi dan sosialisasi terkait keputusan untuk mengkarantina warga negara Indonesia (WNI) dari daerah wabah virus corona di Wuhan, China ke Natuna, Kepulauan Riau.
Hal itu ia sampaikan untuk merespons aksi unjuk rasa warga Natuna yang menolak karantina ratusan WNI yang dievakuasi dari China di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
“Kalau pun ada kegagapan dalam mengatasi dan menjelaskan, ke depan tak boleh lagi. Harus ada kesigapan daripada seluruh aparat yang ditunjuk pemerintah atau negara atau oleh presiden untuk menangani ini,” kata Bamsoet di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (4/2).
Lebih lanjut, Bamsoet berharap ke depan pemerintah tak mengulangi hal yang sama dalam mengatasi perkara sosialisasi ke masyarakat. Ia pun menyarankan agar seluruh pejabat yang diberikan tugas lebih sigap dalam menangani hal tersebut.
“Menkes, dan menteri dan lembaga yang diberikan tugas juga harus lebih sigap dan jangan gagap,” kata politikus Golkar tersebut.
Kendati demikian, Disnaker meminta pihak perusahaan untuk terus memantau kesehatan para karyawannya.Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebut unjuk rasa menolak karantina 238 WNI asal Hubei, China di Kabupaten Natuna terjadi karena pemerintah terlambat melakukan sosialisasi.
Mahfud mengatakan proses evakuasi WNI dari Hubei berlangsung begitu cepat, sehingga ketika ada lampu hijau dari China, pemerintah langsung menunjuk Natuna karena punya instalasi militer yang membuat karantina menjadi mudah dan aman.
TKA China di Bandung Negatif Corona
Sementara itu, Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bandung telah mendata para pekerja asing khususnya dari China, menyusul kabar penyebaran virus corona oleh tenaga kerja asing.
Hasilnya, 23 tenaga kerja asal China yang bekerja di ibu kota provinsi Jawa Barat itu berstatus negatif corona.
Kepala Disnaker Kota Bandung Arief Syaifudin mencatat ada 44 warga negara China yang bekerja di Kota Bandung. Namun lima orang di antaranya sudah habis masa kerjanya dan sudah pulang sebelum wabah virus corona terjadi. Sedangkan 16 orang lainnya pulang dalam rangka merayakan Imlek beberapa waktu lalu.
“Kita sudah lakukan monitoring, untuk yang 16 orang tertahan di China belum boleh masuk ke sini lagi. Sedangkan 23 orang masih bekerja, ada yang sebagai marketing, guru, dosen, pada umumnya di perkantoran,” kata Arief, Selasa (4/2).
Arief menjelaskan pencegahan penyebaran virus corona sebetulnya sudah berjenjang dari pemerintah pusat. Ketika tenaga kerja asing yang baru pulang dari negara asalnya masuk bandara, sudah terperiksa kesehatannya.
“Kalaupun nanti masuk ke Kota Bandung kita juga tetap lakukan pemeriksaan,” ujarnya.
Dia juga mengimbau agar masyarakat bisa menyikapi hal ini dengan bijak dan tanggap. Jika ada temuan di lapangan, bisa segera melaporkan ke pihak terkait.
Sementara itu di Bali, operator Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mengantisipasi risiko masuknya penumpang rute internasional yang diduga terpapar virus corona.
PT Angkasa Pura I (Persero) selaku pengelola bandara menyediakan holding room untuk wawancara lebih lanjut terhadap penumpang yang diduga terpapar setelah pemindaian suhu tubuh.
“Ruangan tersebut digunakan oleh petugas dari Kantor Kesehatan Pelabuhan untuk melakukan wawancara terhadap penumpang yang memperlihatkan tanda terpapar virus setelah melewati proses pemindaian suhu tubuh oleh mesin thermo scanner,” ujar Communication and Legal Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Arie Ahsanurrohim, Senin (3/2).
Arie mengatakan petugas juga wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) secara komplet hingga cairan pembersih tangan atau hand sanitizer. Penggunaan APD ini dilaksanakan secara bertahap sejak 23 Januari 2020. Jumlah APD yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan jumlah personel.
“Kami mulai terapkan penggunaan APD kepada petugas operasional selama mereka bertugas di bandar udara sebagai langkah serius pencegahan dan antisipasi penyebaran virus corona,” ujarnya.
Wabah virus corona terdeteksi berawal dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kota Wuhan pun diisolasi pemerintah China akibat wabah tersebut. Per Selasa (4/2) siang, korban tewas akibat virus corona mencapai 425 orang di China. Dalam sehari, korban meninggal dunia bertambah 64 orang di Provinsi Hubei, pusat penyebaran virus corona.
Dalam sebulan terakhir, penyebaran pasien virus corona mencapai 26 negara di luar China. Di Indonesia sendiri belum ada pasien positif corona, namun ada satu WNI yang dinyatakan positif corona di Singapura.