Ahli Jelaskan 2 Alasan Utama Anak Marah, Begini Cara Menghadapi Kemarahan Anak
Ahli Jelaskan 2 Alasan Utama Anak Marah, Begini Cara Menghadapi Kemarahan Anak
TEMPO.CO, Jakarta – Marah merupakan bagian dari luapan emosi, ada yang bisa mengendalikannya, ada juga yang masih sering terbawa suasana.
Namun, jika menyangkut anak marah, emosi itu sering dilihat sebagai tantrum dan sebagian orang tua mengatasinya dengan cara memarahi balik atau dengan hukuman. Namun, para ahli percaya bahwa itu bukanlah cara untuk menghadapi tensi semacam itu pada anak-anak.
Mengutip Times of India, Ambica Agarwal, seorang Praktisi Neuro-Linguistic Programming (NLP) bersertifikat, baru-baru ini membahas dua alasan utama mengapa anak-anak sering marah. Ia juga membahas cara-cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengatasi masalah emosi marah pada anaknya. Berikut paparannya.
Marah karena Kebutuhan Tidak Terpenuhi
Menurut Ambica, kebutuhan yang tidak terpenuhi adalah salah satu alasan utama di balik masalah kontrol amarah pada anak.
Kebutuhan yang tidak terpenuhi adalah kebutuhan yang belum terpenuhi atau terabaikan. Bagi sebagian besar anak, meluapkan emosi marah atau tantrum sering kali digunakan untuk mengungkapkan ketidakpuasan mereka. Begitulah cara mereka mengomunikasikan ketidakpuasan mereka.
Menurut ahli, orang tua sering salah paham dengan melihat itu sebagai tindakan yang disengaja oleh anak untuk menjadi menyebalkan.
Alasan lain di balik masalah kontrol amarah pada anak-anak adalah kurangnya power dalam diri anak dalam artian ia tidak memiliki suara atau otoritas atas apa yang mereka inginkan. Ini bisa sangat menyulitkan bagi anak-anak karena mereka memiliki banyak hal untuk diungkapkan tetapi terkadang tidak memiliki kata-kata untuk mengomunikasikannya. Mereka pun mengungkapkannya dalam bentuk amarah yang meluap-luap.
Orang tua sering berpikir bahwa anak-anak, dengan menjadi marah, mencoba memerintah dan ketakutan karena frustrasi yang mana hal itu tidak benar menurut ahli.
Cara Hadapi Anak Marah
Ambica merekomendasikan pada orang tua untuk tetap tenang dan tidak menanggapi dengan memarahi balik anak dengan tensi yang sama. “Jangan bereaksi dalam kemarahan atau terbawa emosi.” katanya. Inilah yang ia sarankan untuk dilakukan orang tua:
1. Identifikasi pemicunya
2. Abaikan perilaku negatif kecil
3. Beri mereka otoritas untuk memilih
4. Ajarkan perilaku anak yang tepat saat sudah tenang