Plus-Minus Kukus-Rebus vs Goreng
JAKARTA – Mengukus dan merebus umumnya lebih dipilih ketimbang menggoreng demi menghasilkan makanan yang sehat. Padahal, tak selamanya dua metode memasak tersebut lebih baik daripada menggoreng yang menggunakan banyak minyak. Maka itu, pengetahuan tentang kelebihan dan kekurangan cara-cara tadi mutlak diperlukan sebelum Anda mulai memasak.
Menurut Healthy Chef Edwin Lau, merebus memang bisa menghasilkan makanan yang sehat karena lebih rendah kalori daripada panganan yang digoreng. Tapi, cara ini juga berpotensi mengikis kandungan nutrisi pada makanan bila Anda tidak menerapkan teknik merebus secara benar. Kita tahu, merebus merupakan metode memasak makanan di dalam air yang mendidih. Air dapat mematikan vitamin dan mineral lebih banyak ketimbang minyak goreng. Padahal ketika merebus proses pematangan makanan bisa berlangsung lebih lama daripada menggoreng.
“Merebus di atas suhu 65 derajat celsius, vitamin akan hancur. Apalagi sampai 100 derajat,” ujar Edwin di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Sebaliknya, menggoreng memang bisa dilakukan dengan cepat, namun minyak yang digunakan mengandung banyak kalori. Alhasil, makanan pun akan meningkat nilai kalorinya dan itu kurang baik bagi kesehatan tubuh. Ada triknya kalau Anda ingin “aman” makan gorengan. Yaitu gunakan minyak baru tiap kali kita ingin menggoreng. Yang harus diperhatikan lagi, gunakan minyak goreng yang sesuai dengan peruntukkannya. Ambil contoh, gunakan minyak zaitun hanya untuk menumis, bukan menggoreng.
Menggunakan minyak berkali-kali untuk menggoreng jelas sangat berbahaya. Minyak kelapa sawit misalnya, paling tahan digunakan untuk tiga kali memasak. Bila lebih dari itu, warna dan rasanya akan berubah. Kalau sudah demikian, ganti minyak Anda dengan yang baru atau yang masih bening karena lebih aman dan kekuatan panasnya pun lebih tinggi. Akan lebih bagus bila Anda menggunakan minyak jagung atau minyak kanola ketimbang kelapa sawit. Minyak kelapa sawit kalorinya tinggi.
Lantas, bagaimana dengan mengukus?
Edwin berpendapat, makanan yang dikukus bisa lebih sehat bila teknik yang digunakan benar plus tidak ditambahkan terlalu banyak bumbu-bumbuan. Mengukus yang benar adalah, air yang digunakan harus dibiarkan hingga mendidih, baru masukkan makanan. Angkat makanan ketika sudah mencapai tigaperempat matang. Ingat, jangan angkat makanan ketika sudah matang. Sebab, ketika diangkat, proses pematangan akan berlanjut selama masih ada hawa panasnya.
Selain kukus, rebus, dan goreng, menu panggang/bakar juga banyak penggemarnya di Tanah Air. Bila Anda ingin memasak dengan cara ini, sebaiknya pangganglah makanan di dalam oven, bukan di atas bara api yang dihasilkan arang. Sudah menjadi rahasia umum bahwa arang mengandung atom karbon yang dapat digolongkan sebagai karsinogenik atau zat pemicu kanker bila digunakan dalam jumlah besar dan terus-menerus. Salah satu makanan yang dimasak menggunakan arang adalah sate. Makan sate tidak dilarang. Hanya, ingat, batasi konsumsinya ya!
Sementara, kalau memanggang di oven, tidak ada zat karsinogen yang terkandung dan panasnya bisa lebih cepat. Selain itu, tak ada unsur yang dapat melarutkan vitamin pada makanan. Jadi, lebih baik cara ini sepertinya.
Bukan hanya metode memasak yang wajib diperhatikan untuk menghasilkan makanan sehat. Konsep menu berimbang, bergizi, beragam, dan bersih juga patut diperhitungkan. Berimbang artinya, makanan yang masuk ke dalam tubuh kita harus berimbang dengan aktivitas fisik. Jadi antara makanan, olahraga, dan istirahat porsinya harus sama. Konsep kedua bergizi. Sebisa mungkin makanan yang kita konsumsi mengandung nilai nutrisi tinggi, juga beragam. Jadi jangan makan makanan yang itu-itu saja. Adapun bersih mengandung arti kebersihan bahan makanan dan cara pengolahannya maupun tangan orang yang ingin makan.
Satu hal lagi yang penting diperhatikan, yaitu komitmen. Untuk memiliki tubuh yang sehat, Anda tentu harus berkomitmen dengan gaya hidup sehat. Setidaknya berkomitmenlah pada satu hal dulu dan lalukan itu seumur hidup Anda, bukan hanya dalam waktu beberapa bulan.