Israel Dituduh Gempur Lebanon Pakai Bom Uranium Terlarang
Jakarta – Serikat Ahli Kimia di Lebanon (Syndicate of Chemists in Lebanon/SCL) mengungkapkan Israel menggunakan bom terlarang yang berbahaya dalam serangannya di Lebanon.
Dalam pernyataannya, SCL menjelaskan pasukan militer Israel telah memakai bom yang dilarang secara internasional, yakni mengandung uranium terdeplesi (depleted uranium) alias uranium kadar rendah, yang bisa mengakibatkan berbagai penyakit apabila terhirup.
SCL mengetahui hal itu setelah meninjau tingkat kehancuran dan kedalaman kerusakan pada bangunan dan tanah yang telah diserang Israel.
“Luasnya kerusakan dan penetrasi bangunan dan tanah hingga puluhan meter adalah bukti dari penggunaan bom yang mengandung uranium terdeplesi, yang memiliki daya tembus luar biasa,” demikian pernyataan SCL, seperti dikutip Middle East Monitor (MEMO).
SCL menyatakan penggunaan bom semacam ini bisa mengakibatkan “kehancuran besar-besaran” dan menimbulkan “banyak penyakit” apabila debunya terhirup oleh manusia.
Serikat itu pun menyerukan masyarakat internasional untuk menghentikan agresi Israel di Lebanon dan mendesak Zionis menyetop penggunaan bom yang dilarang secara internasional.
Mereka juga meminta agar pemerintah Lebanon mengajukan gugatan ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) atas “pelanggaran yang terjadi di Lebanon dan upaya pembunuhan massal warga sipil yang tidak bersalah.”
Seiring dengan itu, SCL turut mengimbau warga di Lebanon untuk tidak mendekati daerah yang dibom dalam radius lebih dari dua kilometer. Mereka yang terpaksa mendekati kawasan tersebut minimal harus mengenakan pakaian pelindung.
“[Kami] memantau dengan cermat penggunaan senjata yang dilarang secara internasional oleh musuh,” demikian pernyataan SCL.
Israel melancarkan invasi darat ke Lebanon selatan sejak 1 Oktober lalu dengan alasan ingin menetralisasi wilayah perbatasan.
Sejak saat itu, militer telah memperluas invasinya dari yang semula diklaim hanya operasi “terbatas”.
Sebelum invasi darat, Israel sendiri sudah menewaskan 1.204 orang di Lebanon dalam serangannya pada 23 September. Serangan itu menyebabkan lebih dari 1,2 juta orang mengungsi dari Lebanon.