WHO Dorong Negara Kaya Bantu Donasi Vaksinasi Negara Miskin
JAKARTA – Menggenjot pemerataan ketersediaan vaksin Covid-19 untuk semua negara di dunia,Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO semakin mendesak negara-negara kaya dan maju di dunia.
Pada 14 Mei kemarin, WHO diketahui mendesak negara-negara kaya di dunia untuk mempertimbangkan keputusan soal vaksinasi. Mengutip Reuters, Sabtu (15/5), keputusan vaksinasi yang dimaksud WHO adalah tentang rencana dari negara-negara kaya dan maju dunia untuk memvaksinasi masyarakat kelompok usia anak-anak.
Lewat pernyataan sang Sekretaris Jenderal, Tedros Adhanom Ghebreyesus, WHO menilai, daripada memvaksinasi anak-anak, seharusnya negara-negara kaya tersebut mendonasikan pasokan vaksin Covid-19 yang dimiliki kepada negara-negara miskin dan berkembang yang lebih darurat membutuhkan, melalui program fasilitas vaksin gratis, COVAX.
“Saya paham kenapa beberapa negara ingin memvaksinasi rakyatnya, kelompok usia anak-anak dan remaja. Tapi untuk sekarang, saya mendorong mereka (negara-negara kaya) untuk mempertimbangkan kembali rencana tersebut dan sebagai gantinya, menyumbangkan stok vaksin Covid-19 yang dimiliki ke program COVAX,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus pada pertemuan virtual di Jenewa.
WHO berharap lebih banyak negara akan mengikuti jejak Prancis dan Swedia dalam menyumbangkan vaksin Covid-19 kepada COVAX untuk membantu mengatasi jurang sosial vaksinasi, usai menyuntikkan populasi prioritas rakyat negaranya masing-masing.
Diketahui lebih lanjut, Kanada dan Amerika Serikat sendiri adalah beberapa negara yang telah mengesahkan vaksin untuk digunakan pada remaja dalam beberapa pekan terakhir.
Program pendistribusian vaksin Covid-19 gratis, COVAX, sejauh ini diketahui sudah mengiriman kurang lebih sebanyak 60 juta dosis vaksin ke berbagai negara miskin dan berkembang yang membutuhkan.
Kini, COVAX sendiri tengah berupaya keras untuk tetap bisa memenuhi target pasokan. Hal tersebut salah satunya disebabkan adanya pembatasan ekspor India untuk vaksin AstraZeneca karena pandemi Covid-19 di negara benua Asia Selatan tersebut terus meningkat dan mengakibatkan situasi krisis kesehatan yang parah.