Ventilasi Gedung Cegah Sindrom SBS
JAKARTA – Warga Jakarta sempat dihebohkan dengan munculnya berita yang mengatakan bahwa kualitas udara di Jakarta sebagai yang terburuk di dunia. Hal ini tentu membuat warga di Jakarta kaget. Karena itu, muncul beberapa gagasan atau ide yang mengatakan bahwa akan lebih baik warga Jakarta untuk tetap berdiam di gedung agar tidak menghirup udara kotor tersebut.
Jakarta adalah udara di suatu gedung belum tentu sehat dan memiliki kualitas yang baik. Hal tersebut dikenal juga dengan istilah sick building syndrome (SBS). Walaupun SBS dapat disebabkan beberapa faktor, hal utama yang dapat memicu SBS adalah kualitas udara yang
buruk dan sistem ventilasi yang tidak baik dan memadai.
Hal tersebut dapat menyebabkan penyakit, terutama kepada pengguna gedung yang menghabiskan waktu lama dalam gedung tersebut. SBS sering terjadi di dalam
gedung bertingkat atau sekolah.
Karena itu, apabila tidak dicegah dan dibiarkan begitu saja, SBS dapat mengganggu produktivitas kerja dalam gedung tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Ikatan Ahli
Kesehatan Indonesia, SBS terjadi pada 50% orang yang bekerja di perkantoran dan dapat
menurunkan produktivitas kerja sampai 30%.
Salah satu cara mencegah terjadinya SBS di gedung adalah dengan memperbaiki ventilasi udara di dalamnya. Dengan kata lain, jika udara di ruangan bersirkulasi baik, secara langsung kualitas udara juga akan lebih baik. Selain itu, mencegah terjadinya SBS udara di ruangan juga harus memiliki sistem filtrasi udara yang baik.
Standar udara yang baik dalam suatu ruangan diatur lembaga yang bernama American National Standards Institute (ANSI) dan American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning
Engineers (ASHRAE). Dalam standar ANSI/ASHRAE, suatu gedung memiliki kualitas udara yang sehat jika kadar karbondioksida terdapat di antara 800-1.000 ppm (parts per million) per ruangan.
Karlvin dari Simtex Mechatronic Indojaya, salah satu perusahaan spesialis dalam ventilasi udara, meminta desain ruangan sesuai kebutuhan. “Sebagai contoh, ruangan yang digunakan sebagai meeting room akan memiliki standar air change per hour (ACH) yang berbeda dibandingkan ruangan yang digunakan sebagai ruang fitness ,” ujarnya.
Kalvin menambahkan, udara yang masuk ke gedung akan lebih baik jika difiltrasi terlebih dahulu untuk menghilangkan partikel debu dan bakteri jahat yang bertebaran di udara. “Hal ini untuk
memastikan agar udara yang bersirkulasi di gedung adalah udara yang sehat dan bebas
dari partikel debu dan bakteri,” tuturnya.
Contoh lainnya basement , apabila sirkulasi udara basement tidak lancar, karbon monoksida (CO) tidak akan terbuang keluar dan dapat terhirup pengguna basement . Hal itulah yang dapat menyebabkan keracunan gas karbon monoksida. Pada kondisi ekstrem, hal ini bisa menyebabkan kematian.