Tidur Kurang dari 6 Jam Sehari Tingkatkan Risiko Terkena Kanker
JAKARTA – Tidur sesuai dengan porsinya sangat baik untuk kesehatan. Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan mereka yang menderita tekanan darah tinggi, diabetes tipe-2, penyakit jantung atau stroke bisa berisiko tinggi terkena kanker dan kematian dini jika tidur kurang dari enam jam sehari.
“Studi kami menunjukkan bahwa mencapai tidur normal mungkin melindungi bagi beberapa orang dengan kondisi dan risiko kesehatan ini,” kata pemimpin studi Julio Fernandez-Mendoza dari Penn State Health, Milton S. Hershey Medical Center di Hershey di Pennsylvania, AS.
“Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memeriksa apakah meningkatkan dan meningkatkan tidur melalui terapi medis atau perilaku dapat mengurangi risiko kematian dini,” tambah Fernandez-Mendoza.
Dilansir dari Times Now News, untuk penelitian ini, para peneliti menganalisis data lebih dari 1.600 orang dewasa yang dikategorikan ke dalam dua kelompok yang memiliki tekanan darah tinggi tahap 2 atau diabetes tipe-2 dan memiliki penyakit jantung atau stroke.
Peserta dipelajari di laboratorium tidur selama satu malam dan kemudian para peneliti melacak penyebab kematian mereka hingga akhir 2016. Para peneliti menemukan bahwa dari 512 orang yang meninggal, sepertiga meninggal karena penyakit jantung atau stroke dan seperempat meninggal karena kanker.
Orang yang memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes dan tidur kurang dari enam jam memiliki dua kali peningkatan risiko meninggal akibat penyakit jantung atau stroke. Ditemukan juga bahwa orang yang menderita penyakit jantung atau stroke dan tidur kurang dari enam jam memiliki tiga kali peningkatan risiko kematian akibat kanker. Temuan ini telah dipublikasikan dalam Journal of American Heart Association.Penelitian juga menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian dini untuk orang dengan tekanan darah tinggi atau diabetes dapat diabaikan jika mereka tidur lebih dari enam jam. “Durasi tidur pendek harus dimasukkan sebagai faktor risiko yang berguna untuk memprediksi hasil jangka panjang dari orang-orang dengan kondisi kesehatan ini dan sebagai target praktik klinis utama dan khusus,” tutur Fernandez-Mendoza.