Dampak Psikologis Karantina Wilayah, mulai Jenuh hingga Hambatan Karier
JAKARTA – Sejumlah daerah telah memutuskan untuk melakukan karantina wilayah. Hal ini menandakan pintu akses keluar dan masuk daerah tersebut ditutup. Tujuannya memutus mata rantai penyebaran virus corona atau COVID-19 yang semakin luas.
Psikolog Nana Gerhanna, M.Psi., dari Rumah Sakit Royal Progress Jakarta menjelaskan, karantina wilayah bisa menyebabkan dampak psikoligis jangka pendek dan jangka panjang pada masyarakat.
“Dalam jangka pendek, karantina dapat menyebabkan kecemasan, sulit beradaptasi, putus asa, kejenuhan,” kata Nana saat dihubungi SINDOnews
“Untuk jangka panjang, karantina tentu dapat mengakibatkan kesulitan individu merencanakan masa depan, banyak rencana tidak terlaksana, karier terhambat, kehilangan pekerjaan,” sambung dia.
Di sisi lain, karantina wilayah juga dapat mempengaruhi sektor ekonomi. Karena itu, banyak hal yang harus disiapkan dan diperhatikan ketika karantina wilayah diterapkan.
“Serta berbagai masalah ekonomi yang akan dihadapi bebebrapa waktu kedepan yg mungkin mengakibatkan stress dan depresi,” lanjutnya.
Adapun untuk mencapai kesuksesan karantina wilayah, dibutuhkan kerja sama banyak pihak. Baik dari pemerintah hingga kesadaran masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat diimbau untuk menjaga jarak sosial dengan tetap berada di rumah dan menjaga kesehatan.
“Keputusan pemerintah tentu saja bertujuan untuk kesejahteraan masyarakatnya. Peran masyarakat adalah mendukung terwujudnya keputusan itu (karantina wilayah). Diperlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah harus memastikan tercukupinya kebutuhan dasar seperti kebutuhan pangan dan obat-obatan,” tandasnya.