Fri. Nov 8th, 2024

Berita olahraga dan game online Trans7sport

Link altenatif Nagaliga : nagasuara.com ,trans7sport.com , Prediksinagaliga.com , nagaliga.xyz , nagaliga.me , nagaliga.info , nagaligasbo.com , nagaliga.best , nagaliga.club , nagaliga9.com , nagaligaqq.com , togelnagaliga.com

Dalam 14 Tahun, Obat untuk Penderita HIV AIDS di Indonesia Naik Nyaris 40.000%

KETERSEDIAAN obat antiretroviral (ARV) menjadi salah satu isu krusial di kalangan orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Banyak yang mengeluh sulit mendapat obat ARV tersebut di beberapa fasilitas kesehatan (faskes).

Baik itu obat ARV untuk dewasa maupun anak-anak, ketersediaannya dinilai langka. Kesulitan tersebut, ditemui di beberapa daerah di Indonesia.

Ketua Panli HIV AIDS PIMS Prof Dr dr Sjamsurizal, SpPD menutupi, dalam menyediakan obat ARV, pemerintah berkomitmen sudah berkomitmen sejak tahun 2005. Dalam perjalanannya, penggunanya semakin banyak dari tahun ke tahun.

Kesulitan tersebut, ditemui di beberapa daerah di Indonesia.

“Kalau awal penyediaan obat ARV cuma 300 orang yang pakai. Sekarang lebih dari 120 ribu orang, penggunanya meningkat berlipat-lipat,” ucap Prof Sjamsurizal di Gedung Kemenkes RI, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (27/11/2019).

Dengan adanya peningkatan hingga 39.900 persen, maka kebutuhan obat pun semakin ditambah. Menurutnya, saat obat ARV disediakan ada dua macam dengan khasiat sama. Pertama, pasien HIV harus minum tiga jenis obat terpisah dengan dosis yang tepat setiap jari. Kedua, tersedia juga obat ARV sekali minum yang membuat pasien lebih nyaman.

Sebagai contoh, sambung Prof Sjamsurizal, dari kedua jenis obat ARV tersebut, 52 persen di RSPUN Cipto Mangunkusumo menggunakan obat tersebut di awal 2005. Tapi seiring berjalannya waktu, berpindahlah pasien untuk minum obat sekali minum yang lebih praktis.

“Setahu saya dalam empat sampai lima tahun terakhir ketersediaan obat terus dipantau Kemenkes. Kalau memang ketersediaannya mau habis, dari 6 bulan sebelumnya dilkakukan pengadaan baru, dengan prosedur yang harus diikuti,” beber Prof Sjamsurizal.

Prof Sjamsurizal menegaskan, ODHA jangan khawatir kehabisan obat ARV. Pemerintah bakal terus menyediakan obatnya dengan dana subsidi yang sudah disiapkan.

Menambahkan, Direktur Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono menyebut bukan hanya masalah ketersediaan obat ARV pada orang dewasa, obat ARV pada anak juga dianggap langka. Obat ARV anak biasanya berupa sirup ZDV, pemerintah harus mengimpor untuk dapat obat ini.

“Obat ARV untuk anak, jumlah terlalu sedikit karena yang pakai 200 anak. Sementara kalau impor obat jumlahnya harus minimal 1.000 pcs. Kalau tidak ada bukan berarti tidak dibeli, tapi susah mendapatkan,” ungkap Anung.

Sementara kalau impor obat jumlahnya harus minimal 1.000 pcs.

Sebagai gantinya, anak ODHA bisa minum obat ARV dewasa dengan cara dibelah. Menurut Anung, fungsinya sama hanya saja dilihat dari bagaimana cara membelahnya.

“Yang pasti kalau dibelah, fungsi obatnya sama secara presisi dari dosisnya. Tapi biasanya anak-anak lebih sulit minum kalau pakai tablet,” pungkasnya.

Leave a Reply

Categories

Social menu is not set. You need to create menu and assign it to Social Menu on Menu Settings.