Awas! Jangan Sepelekan Anak Malas Gerak
JENEWA – Mager atau malas gerak yang kini menjangkiti banyak anak-anak, membawa dampak berbahaya. Selain melemahkan kemampuan fisik dan sosial, perilaku demikian juga berakibat pada tidak optimalnya perkembangan otak anak.
Masalah mager ternyata bukan hanya problem kebanyakan orang tua di Tanah Air. Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) menemukan 4 dari 5 anak berusia 11-17 tahun di seluruh dunia mengalami kondisi sama. Pangkalnya, anak-anak zaman sekarang mulai meninggalkan aktivitas seperti berlari, melompat, berenang, bermain bola, atau memanjat.
Menurut WHO,kurangnya anak-anak beraktivitas di luar rumah karena sejumlah persoalan universal, yakni fokus belajar, kurangnya fasilitas yang terjangkau, serta keasyikan bermain di dunia digital.
Kondisi tersebut tentu tidak boleh dianggap sepele. Dalam jangka panjang, menurunnya aktivitas fisik mereka berdampak pada melemahnya jantung dan paru-paru, tulang dan otot, mental dan tubuh, dan bertambahnya berat badan. Seseorang yang aktif sejak kecil kemungkinan akan aktif saat beranjak dewasa. Begitupun sebaliknya.
Merespons fakta tersebut, Dr Fiona Bull dari WHO, meminta orang tua untuk mendorong anaknya melakukan olahraga fisik minimal selama 60 menit per hari. “Hal itu berdasarkan penelitian ilmiah di bidang kesehatan fisik. Saya pikir itu merupakan target yang dapat dicapai semua orang,” ujar Fiona, dikutip BBC.
Dia menuturkan, latihan fisik tidak hanya akan melatih otot dan membuat tubuh anak lebih kuat dan sehat, tapi juga dapat mengurangi risiko berbagai macam penyakit,mulai penyakit jantung, stroke, hingga diabetes.
Bahkan berdasarkan penelitian terbaru, aktivitas fisik dapat meningkatkan fungsi kognitif otak, lebih fokus, dan pandai bergaul,” imbuhnya.
Leanne Riley, salah satupenulis laporan WHO,memprihatinkan sikap orang tua yang selalu mendorong anak bekerja keras dan belajar semaksimal mungkin agar meraih nilai tertinggi.
Akibatnya, anak menghabiskan waktu untuk duduk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam waktu yang lama sehingga sangat jarang sempat bermain di luar rumah.
Di sisi lain, fasilitas dan infrastruktur bermain dan olahraga juga masih kurang memadai, kurang aman, sulitdiakses, dan tidak terjangkau. Anak-anak dinilai tidak akan terdorong menaiki sepeda atau berjalan kaki ke sekolah atau ke rumah temannya jika jalanan tidak bersahabat atau aman.
Perilaku mager di kalangananak kian tidak tertahankan seiring semakin majunya teknologi digital yang mendorong anak-anak lebih senang bermain dengan smartphone,tablet, atau komputer, baik untuk bermain gim, musik, film, ataupun media sosial. “Akses dunia digital pada zaman sekarang jauh lebih masif dibandingkan generasi sebelumnya,” ujar dia.
Menurut WHO, kebiasaan ini telah mewabah ke seluruhdunia, dari Afghanistan hingga Zimbabwe. Meski demikian, Bangladesh menjadi negara dengan intensitas aktivitas fisik tertinggi, yakni 44% dari total anak-anak di sana.
Adapun Filipina yang hanya diwakili 7% dan Korea Selatan(3%) menjadi negara terendah. Anak perempuan jugahanya lebih aktif dibandingkan anak laki-laki di Afghanistan, Samoa, Tonga, dan Zambia. Secara global, sekitar 85% anak perempuan masih kurang melakukan aktivitas fisik,sedangkan anak laki-laki sekitar 78%. Di Amerika Serikat dan Irlandia, perbandingannya sekitar 81% berbanding 64%.
“Di sini budaya memiliki peranan, meski tidak sepenuhnya. Partisipasi anak laki-laki dalam turnamen olahraga juga mendorong mereka lebih aktif dibandingkan anak perempuan,” kata Riley.“Kita perlu berupaya lebih keras agar anak perempuan juga dapat menjadi lebih aktif sehingga mereka sehat dan bugar,” papar WHO.
Pakar Dr Mark Tremblaydari Rumah Sakit Anak, Institut Penelitian Ontario Timur, Kanada, mengatakan bahwa revolusi elektronik mentransformasi pola kehidupan manusia secara fundamental. Dia mengatakanpada zaman sekarang anak-anak kurang tidur, kurangberaktivitas fisik, kurang berjalan kaki, dan kurang berolahraga.
Presiden Sekolah Kerajaanuntuk Kesehatan Anak dan Pediatri Inggris Profesor Russell Viner, juga mengaku prihatin dengan kebiasaan anak-anak pada zaman sekarang. “Kita harus dapat membuat dan mendorong anak-anak agar semakin rajin beraktivitas fisik. Saya tahu tugas ini tidak mudah,” tandas Viner.