Atasi Saraf Terjepit Tanpa Operasi dengan Teknologi IPM
JAKARTA – Hernia nukleus pulposus (HNP) atau lebih dikenal dengan istilah saraf terjepit merupakan kondisi yang diakibatkan menonjolnya bantalan tulang belakang sehingga menjepit saraf tulang belakang.
HNP dapat terjadi pada semua ruas tulang belakang dan juga bisa mengenai segala usia, baik muda maupun tua.
Pada usia muda HNP umumnya disebabkan oleh cedera dan beban berat pada tulang belakang sehingga menyebabkan penonjolan bantalan tulang atau diskus intervertebrali. Sedangkan pada usia tua disebabkan proses degenerasi, dan hilangnya elastisitas batalan tulang.
Faktor risiko saraf terjepit ini cukup banyak antara lain usia, cedera baik jatuh akibat kecelakaan atau olahraga, aktivitas dan pekerjaan seperti duduk lama, mengangkat maupun menarik beban yang berat, sering memutar punggung ataupun membungkuk, latihan fisik terlalu berat dan berlebihan, terpapar getaran yang konstan, olahraga berat, merokok, berat badan berlebihan, serta batuk dalam waktu yang lama.
Pada umumnya seseorang dikatakan mengalami saraf terjepit apabila memiliki beberapa gejala misalnya kesemutan, kebas, baal yang terasa di tangan atau kaki hingga gangguan buang air kecil, dan buang air besar.
“Kini dunia medis sudah berkembang semakin maju dengan adanya Interventional Pain Management (IPM) yang menerapkan teknik-teknik intervensi untuk menangani nyeri subakut, kronik, persisten, dan nyeri yang sulit diatasi, baik secara independen maupun bersama dengan modalitas terapi lain,” papar Ketua Indonesian Neurosurgical Pain Society (INPS) Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP dalam diskusi media secara online, Kamis (15/7).
Teknologi IPM ini dapat berupa injeksi kortikosteroid, radiofrekuensi ablasi, laser, kateter RACZ, endoskopi tulang belakang, dan yang paling terbaru adalah DiscFX.Semua teknologi ini akan membantu menangani nyeri tulang belakang yang menjadi salah satu keluhan utama penderitanya saat berkonsultasi dengan dokter,” ungkap dr. Wawan.
Saraf terjepit juga sudah dapat ditangani tanpa perlu rawat inap, dan proses pemulihannya cepat. Selain itu, biayanya jauh lebih terjangkau dibandingkan operasi terbuka dulu.
“Kateter RACZ juga disebut dengan neuroplasty epidural. Ini akan mengantarkan obat-obatan tertentu untuk membantu mengurangi peradangan atau iritasi saraf sehingga nyeri menjadi berkurang atau mereda,” ucap Spesialis Bedah Syaraf Klinik Utama Dr Indrajana dr. Danu Rolian, SpBS.
Prosedur kateter RACZ hanya membutuhkan waktu 30-45 menit, sehingga tidak perlu rawat inap dan pasien bisa langsung pulang.
Sementara teknologi DiscFX dapat mengatasi jepitan saraf tulang belakang sehingga nyeri bisa tuntas.
Dokter Danu menjelaskan berbagai keunggulan DiscFX. Tindakan ini hanya memerlukan sayatan kecil sehingga biusnya cukup lokal saja dan tanpa rawat inap. Proses tindakannya juga cepat dan dapat dilakukan pada beberapa bantalan tulang yang menonjol sekaligus.
“Dibandingkan dengan teknologi sebelumnya, DiscFX ini dapat memberikan perbaikan kualitas hidup penderita saraf terjepit lebih baik karena bisa terbebas dari siksaan nyeri akibat saraf terjepit,” terang dr. Danu.