Zelensky: Ukraina akan Berjuang ‘Dengan atau Tanpa’ Sekutu
Dalam Konferensi Keamanan Munich di Jerman pada hari Sabtu (19/2/22), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berpidato di hadapan para pemimpin kekuatan Barat. Pada kesempatan itu, dia mengatakan bahwa negaranya akan berjuang dengan atau tanpa sekutu jika Rusia melakukan invasi.
Zelensky mengkritik Barat karena tidak berbuat lebih banyak untuk mendukung Ukraina. Negaranya, kata Zelensky, selama delapan tahun terakhir telah menahan salah satu kekuatan militer terbesar di dunia, yaitu Rusia.
Sejak Rusia menumpuk sekitar 150 ribu pasukan di sekitar perbatasan Ukraina, krisis telah semakin meningkat. Baru-baru ini, kelompok separatis Ukraina yang didukung oleh Moskow telah mengumumkan mobilisasi umum, yang mendesak para pria untuk wajib militer.
Kelompok separatis menuduh tentara Ukraina akan melakukan agresi tapi Kiev menegaskan mereka tidak punya rencana seperti itu.
1. Kritik Zelensky kepada negara-negara Barat
Krisis Ukraina semakin hari semakin memanas meski berbagai upaya diplomasi dilakukan. Rusia dituduh Amerika Serikat (AS) telah menumpuk sekitar 150 ribu tentara di sekitar perbatasan Ukraina, dan dapat melancarkan invasi dalam beberapa hari mendatang.
Dengan krisis yang dikhawatirkan dapat memicu perang di Eropa, Konferensi Keamanan Munich digelar untuk membicarakan masalah itu. Presiden Zelensky ikut hadir dan memberikan pidato.
Dilansir Politico, dalam kesempatan itu Zelensky mengatakan “kami akan melindungi negara kami dengan atau tanpa dukungan dari mitra kami.” Kalimat itu disertai sindiran yang mengkritik Jerman karena menolak membantu mengirim senjata, tapi menawarkan 5.000 helm militer.
Zelensky juga melemparkan kritik kepada AS dan beberapa negara Sekutu yang menjanjikan sanksi berat kepada Rusia jika menginvasi Ukraina.
“Kami tidak perlu sanksi setelah pengeboman terjadi, setelah kami tidak memiliki perbatasan, dan tidak ada ekonomi. Mengapa kami membutuhkan sanksi itu?” tutur mantan komedian yang jadi Presiden Ukraina.
Dalam kritik pedas yang dilontarkan oleh Zelensky, dia juga mengarahkan kalimatnya kepada Moskow. Katanya dengan nada mengejek, “Ukraina menginginkan perdamaian; Eropa menginginkan perdamaian; seluruh dunia mengatakan tidak ingin perang; dan Rusia mengklaim tidak ingin campur tangan. Seseorang dari kita (rupanya) berbohong.”
2. Ukraina sebagai perisai dari ancaman Rusia
Ukraina saat ini bisa disebut sebagai negara tempat berebut pengaruh antara Barat dan Rusia. Ukraina yang merdeka usai Uni Soviet Runtuh, telah mencoba memisahkan diri dari pengaruh Rusia.
Tapi upaya Ukraina bergabung dengan Uni Eropa (UE) dan jadi anggota NATO juga belum terwujud. Ukraina berdiri di persimpangan jalan yang jadi rebutan antara Rusia dan Barat.
Rusia menganggap Ukraina adalah garis merah yang tidak boleh dilewati oleh NATO. Itulah sebabnya, Moskow menuntut agar Ukraina tidak diterima sebagai anggota. Tapi sebagai negara yang condong ke sistem demokrasi, Kiev telah berjuang melepaskan diri dari cengkeraman Moskow.
Sejak tahun 2014, ketika Rusia mencaplok Ukraina dan diikuti perang di Donbas, wilayah Ukraina timur yang dikuasai pasukan pemberontak dukungan Moskow, Kiev telah memperingatkan akan ancaman invasi yang lebih besar dari Rusia.
Dilansir Al Jazeera, Zelensky mengatakan “selama delapan tahun, Ukraina telah menahan salah satu tentara terbesar di dunia.” Zelensky menyerukan kerangka waktu yang jelas dan layak bagi Ukraina untuk bergabung dengan aliansi militer NATO, untuk benar-benar dapat terlindungi dari ancaman.
Sejak Rusia mencaplok Krimea yang dimiliki Ukraina, negara-negara Barat telah banyak menggelontorkan bantuan untuk Kiev, termasuk senjata dan pelatihan militer. Zelensky menghargai dukungan tersebut.
Zelensky mengatakan “tetapi semua orang perlu memahami bahwa ini bukanlah semacam donasi yang seharusnya diminta oleh Ukraina. Ini adalah kontribusi Anda untuk keamanan Eropa dan internasional di mana Ukraina telah melayani sebagai perisai yang dapat diandalkan selama delapan tahun sekarang, menahan salah satu tentara terbesar di dunia.”
3. Zelensky meminta bertemu dengan Presiden Rusia
Wilayah Donbas di Ukraina timur yang dikuasai pasukan pemberontak dukungan Moskow, telah jadi titik perhatian dalam krisis. AS dan Sekutu Barat memperkirakan, Rusia dapat melakukan invasi ke Ukraina lewat pasukan pemberontak tersebut.
Saat ini, wilayah Donbas sedang memanas ketika baku tembak terjadi antara pasukan pemberontak dengan tentara Ukraina. Tiga ledakan bom juga terjadi di wilayah itu, di mana Kiev dituduh telah melakukannya. Tapi pemerintah Ukraina menolak tuduhan tersebut dan mengatakan pemberontak melakukan provokasi.
Dengan ketegangan yang terus meningkat, Zelensky meminta untuk dapat bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin. Dilansir Associated Press, “saya tidak tahu apa yang diinginkan presiden Federasi Rusia, jadi saya mengusulkan pertemuan.” Zelenskyy mengatakan Rusia dapat memilih lokasi untuk pembicaraan.
Menurut Zelensky, Ukraina akan terus mengikuti jalur diplomatik demi penyelesaian damai. Tapi sejauh ini belum ada tanggapan dari Kremlin.
Dalam situasi krisis di Ukraina yang dinilai semakin meningkat, Jerman dan Austria telah memerintahkan kepada warganya untuk meninggalkan negara tersebut. Lufthansa, maskapai penerbangan Jerman, juga telah membatalkan penerbangan ke Kiev dan ke Odessa.