Washington Kembali Desak Beijing Gabung Pembicaraan Perlucutan Senjata Nuklir, Ini Kata China
WINA – China mengatakan apa yang disebut negosiasi kontrol senjata trilateral yang diajukan oleh Amerika Serikat (AS) menumbangkan konsensus internasional tentang perlucutan senjata nuklir. Ini adalah respon atas desakan terbaru AS bagi China untuk terlibat pembicaraan kontrol senjata nuklir.
“Komunitas internasional memiliki konsensus yang jelas tentang bagaimana melakukan pelucutan senjata nuklir global, dan serangkaian instrumen hukum internasional telah dibentuk atas dasar ini,” ucap Duta Besar China untuk PBB dan Organisasi Internasional lainnya di Wina, Austria, Wang Qun, seperti dilansir Xinhua pada Senin (17/8/2020).
Dia menunjukkan bahwa instrumen ini dengan jelas menetapkan bahwa AS dan Rusia, negara dengan persenjataan nuklir terbesar di dunia, memikul tanggung jawab khusus untuk perlucutan senjata, dan harus terus secara drastis mengurangi senjata nuklir mereka dengan cara yang dapat diverifikasi, tidak dapat diubah, dan mengikat secara hukum.
“Ketika kondisinya matang, negara-negara bersenjata nuklir lainnya akan bergabung dalam proses negosiasi perlucutan senjata multilateral. Pemeliharaan perdamaian dan stabilitas global dalam lebih dari 70 tahun setelah Perang Dunia II tidak dapat dipisahkan dari konsensus yang disebutkan yang ada,” ungkapnya.
Wang menekankan bahwa China tidak pernah menghindari kewajiban internasionalnya untuk perlucutan senjata nuklir dan selalu menjadi peserta, pendukung, dan pembela mekanisme non-proliferasi internasional yang ada dan sistem internasional pasca perang.
“Kami tidak akan pernah absen dari apa yang harus kami lakukan. Tapi kami hanya akan berpartisipasi dalam proses yang relevan berdasarkan kepatuhan pada konsensus yang diakui secara internasional tentang perlucutan senjata nuklir,” ucapnya.
Dia menolak desakan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo untuk menyeret China ke dalam negosiasi trilateral sebagai “angan-angan”, mendesak Washington untuk mengadakan pembicaraan serius dengan Rusia dan berhenti mencari alasan untuk menarik diri dari perjanjian dan organisasi internasional.